Sesaat subuh belum benar-benar hilang
Masih tertahan di balik pintu fajar
ku kecup kening dunia di langit pagi
Mimpi semalam tlah menanti
Mengakar yang bertahta pada denyut nadi tak mungkin
sirna, slalu mendesir
Bergelanyut dan mengalir berdarah air
Entah mengapa kupilih berumah di dalam kabut,
yang suasananya menggenang semrawut.
Pantas....
yang suasananya menggenang semrawut.
Pantas....
Rindu ini sudah lama menguap
Tapi selalu saja.........
Ku masih saja menciumnya sebagai asap.
***
Termangu. Aku hanya mampu berdiri, bersedekap di keluasan langit. Diamlah yang menggelombang di langit-langit waktu, mengisi teduh jiwaku di perbatasan sunyi. Sunyi? sepertinya tidak benar-benar sunyi. Di sisi seberang burung itu membangun sarang, merajut cicit. merangkai kicau kasidah alam.
Aku sedang mencoba tepatnya berusaha mencerna. Bagaimana tidak, ada yang bilang kepadaku "Fajar itu Berirama". Apakah bisa, lalu diawali dengan nada apa untuk intronya?Ah, itu hanya kamuflase. Tidak...tidak, bukan seperti itu! tolakmu. Cobalah, tolong sekali saja. Masih saja kau coba meyakinkan.
Baiklah. kadang, aku berkhayal. Seperti apa dimensi tempat aku tinggal kini dari sudut pandang lain. maksud ku dari mata terpejam di balik serpong-serpong asap hitam legam, bongkahan-bongkahan dari raungan mesin jet yang telah mencuri pagiku.
Mungkin, sekarang saatnya berpindah haluan. Diawali dari fajar merekah pagi ini, dari jendela basah oleh genggaman tangan tangan embun dimana tempat mimpi mengintip sebelum singgah dalam lena tidurku. . Yang mana ia (embun) mengaliri rongga tidurku, mengetuk pintu ke pintu-jam berdetak di meja - dindingpun terjaga, dan nanar bangkit dari jendela karenatergugah angin yang mengusung Dzikir membawa ajakan untuk sembahyang. aku tersungkur.
....
Saatnya belajar mencerna. Mencoba menyelami apa yang dimaksudkan kamu. Dan masih saja berdiri diam. satu menit.....dua menit.... entah berapa lama waktu berlalu, aku masih saja menyelami berusaha menikmati perbukitan yang seperti
sabuk melingkar berdiri kokoh menjaga desa. Di selatannya hutan mangrove
menggaris hijau sepanjang mata menatap. Hijau? Ah tidak juga, sepagi ini kabut
tipis masih menggelayut mengungkung warna hijau dedaunan, membuat perbukitan seperti
warna putih selimut lembut, seperti busa sabun yang menciptakan nuansa
melegakan.
Kulayari jalan yang terjal. menengadah ke udara dan dijauhan kulihat bisik rumputan jadi hijau. "dimana lagikah matahari akan membenamkan bayang-bayang wajahku?" batinku.
Lelah berdiri, kuputuskan duduk di dasar selembar daun di bibir jurang terjal, sedikit terlena kubiarkan ombak menyampaikan salam dunia. Kemudian, kudengar rumputan biru membisikkan rindu laut pada daun-daun yang gugur. Bunga-bunga mengalirkan merah menggaris putih pada dinding-dinding fajar. tak ada lagi yang bisa kulukis selain laut - hijau - dan fajar. fusia mulai menggurat tipis di timur ,meleleh untuk meneteskan matahari baru lalu Matahari pun retak saat itu juga.
akupun bangun dengan wajah penuh kepuasan, "Jadi ini yang kamu maksudkan?"
"inikah nyanyian selamat datang alam kepada cahaya"
setelah kau lelah mendepa matahari, dimanakah engkau rebah? di bulan basah? ataukan di ranting-ranting senja?. Tak jadi soal kapan dan dimanakah Fajar akan rebah. aku hanya ingin sang fajar dapat menangkap desau rinduku diantara biru ilalang dang terumbu karang. dimana fajar telah menyingkap bintang dan menidurkan gelombang. cuma itu saja
Aku bergerak menjauhi batu karang yang menggeliat menampung angin. bersama dzikir gunung, tahajud perbukitan, tasbih tanah dan kasidah burung yang membantu menghangatkan cuaca. aku belajar mendengar dan mengeja irama fajar. Jawabannya sudah kutemukan.
mm.. fajar itu nama orang ya? pacarnya ya? :)
BalasHapuswkwkwkwkwkwkwkwk pgn senyum baca komennya. ko' bisa menginterpretasikan ky gtu to bang hahahahahaha....
Hapusini request temen bloger ko', q disuruh buat monolog / deskripsi whateverlah tentang fajar gtu. tada.... hasilnya spt ini. dan perlu dicatat ini cm fiksi :D
Kyaaaa hari sabtu udah baca lewat hape..
BalasHapusFajarmu menggelitik sekali anggi..
iramanya terpancar... lebih mengalir gw suka!!..
syukurlah klo suka, malu kalo hasilnya nggak sesuai sm request
Hapusjd q nggak punya utang lagi ya he...he...
punya mana tentang rembulannya?? #eaaaaa
Hapusmaksudnya apa nih <------ bener2 nggak dong
Hapusbikin versi rembulannya hoho
HapusDeskripsi fajar di sini begitu indah. Apakah fajar memang seindah itu? Apa aku saja yang tidak pernah menyadari bahwa banyak warna dalam fajar, nggak cuma jingga saja :)
BalasHapus#eh, nyambung nggak sih? :D
mungkin,indah apa nggaknya tergantung sudut pandang kita ditambah bumbu syukur kita aja wury. makanya mari sama2 belajar memaknainya *apadeh
Hapushe...he...he...
buat versi rembulannya.. hoho
BalasHapusindah banget ngegambarin fajar nya...<==jarang liat fajar
BalasHapus