Duh tiba-tiba aja gue kangen masa-masa kejayaan kuliah, hmmmmm
tapi itu dah jaman jahiliah dulu 4000 tahun sebelum masehi 1 tahun lalu.
Tak ada salahnya mostalgila ha…ha..HAAAH *Napas naga*. feeling younger in my
mind, getting older all the time. biar jiwa tetep muda, betul?? Buat adek-adek
tersayonk yang mo masuk kursi panas perkuliahan ataw para galauers yang udah
terpaksa masuk, kaka mo cerita nih.. pantengin terus live sreaming lohhh
*kemudian hening*
TAK….TIK…TAK…TUK…
*Suara spatu kuda*
*serius nih ,ampe sekarat* :P
Dan bukan hanya sebuah
impian,
melainkan kenyataan
yang besar
menilik ke kehidupan
yang lebih tinggi.
Kemungkinan kemanusiaan
yang lebih luas,
yang dianugrahkan
kepada manusia,Yang di tengah-tengah
kesibukan dan
kebingaran kehidupan,Berhenti selama empat tahun yang pendek
untuk mempelajari makna
hidup
masa-masa pendaftaran
munculnya seperti wabah flu. Tiba-tiba
saja, sekonyong-konyong, semua orang membicarakan soal kuliah. Diskusi di
kantin sekolah berubah dari siapa sedang berpacaran dengan siapa menjadi siapa
yang akan kuliah di mana dan siapa yang diterima dan ditolak. Dan seperti flu
yang membuat penderitanya merasa tak enak dan tak berdaya, demikianlah topic
yang menimpa diriku karena topic baru yang mempesona itu.
Jurusan ?
Pada malam sebelum takdirku dicanangkan,
orangtuaku kedatangan tamu (teman lama ayahku dan beberapa kerabat) tepat pada
saat itu jam makan malam. Wah aman! Peduli apa teman-teman orangtuaku tentang
jurusanku?
Aku keliru. Yang mereka
bicarakan hanyalah jurusan. Mereka masing-masing membicarakan jurusan mereka
kepadaku, dan masing-masing memiliki pendapat tentang aku sebaiknya ambil
jurusan apa. Semua nasihat tak mendekatkan aku pada jurusan apapun. Aku hanya
tambah bingung. Makan malam usai, semua orang pergi, malam semakin larut
tapi aku masih saja tanpa jurusan.
Aku mengeluarkan katalog dan mulai membuka-buka halaman melihat berbagai
kemungkinan untuk kesejuta kalinya. Bahasa jepang? Aku selalu ingin pergi ke
jepang. Kedokteran gigi? Saat itu kebetulan aku memandang cermin dan melihat
bayam terselip di gigiku. Wah, tak ada harapan
Menuju universitas
Aku berdiri di
tengah kampus yang lebih mirip sebuah kota daripada sebuah sekolah. Sedang apa
aku di sini? Aku merasa begitu kecil, tidak cocok dan tidak berarti. Aku lulus
SMU meninggalkan temanku dan agaknya aku menghadapi dunia yang sama sekali baru
ini sendirian
Dan inilah gerbang
masa depan dimana impian dan kenyataan kesenjanganya begitu terasa. sebuah
bangunan universitas berdiri kokoh dengan angkuhnya meneriaki tepat di depan mataku” Welcome to the future”
Pelajaran dari Ruang kuliah
Scene 1
Hari pertama masuk kuliah : Pidato di
tengah hiruk-pikuk lautan manusia yang anehnya berada di aula ruang kuliah (ini
kelas apa pasar?? Busyet
kebanyakan mahasiswanya )
dosen :
selamat pagi, mahasiswaku. Selamat datang di mata kuliah kimia 101
....................
Mahasiswa 1 : hei, kayaknya aku melihat dosen kita!
Mahasiswa 2 : bukan, itu Cuma tukang sapu
Mahasiswa 3 mulai berpikir dalam hati
: ”aku seharusnya memilih universitas yang lebih kecil.”
Scene 2
Ketika aku tingkat
I. (Sebut saja) Adit temanku ini takut pada dosen kribo yang membentak di depan
wajahnya, ” pekerjaanmu jorok! Kebiasaan belajarmu parah! Saya benci kebiasaan
belajarmu yang jelek! Dan saya benci kaos yang kamu pake itu!”
seluruh kelas hening saat si dosen
mencaci Adit selama beberapa menit. Lalu semua terkesiap saat dosen berbalik
dan membentaki seluruh kelas.
”kalian bisa lulus dari SMU karena
dimanja oleh ibu kalian. Sekarang kalian harus bersikap dewasa! Ibu kalian
tidak ada di sini.”
Adit berkata dengan suara gemetar saat
dosen itu berlalu, ” untung saja ibu saya tidak di sini. Ia yang beli kaos
ini”.
Mahasiswa transisi
Di SMU aku merasa
jadi diri sendiri. Kuliah. Aku tahu persis seperti pelarian besar ke tempat
yang dipenuhi orang berbicara cepat, mencintai buku, begadang, dan tidak
menyukai kepura-puraan. Aku tak bisa membayangkan dengan siapa aku bisa
berteman atau di mana aku bisa cocok. Dunia serasa gungkir balik. Kampus
adalah tempat yang sempurna untuk menemukan atau merombak dirimu. Mendadak,
tanpa orang tua dan teman SMU yang ingat saat kau jatuh dari tangga, kampus
adalah lapangan yang adil. Waktu yang tepat untuk menjelajahi minat yang lama
terpendam atau hanya untuk sekedar mengencani jenis pujangga yang berjenggot
kambing.
Saat-saat menelepon dari kampus ke rumah
- Waktu aku tiba
- Waktu aku bertemu dan bertengkar dengan teman
sekamar
- Waktu aku butuh uang
- Waktu aku kecelakaan
- Waktu aku tidak lulus ujian
- Waktu aku bertemu dan putus dengan pacar
- Waktu aku kesepian
- Waktu aku kehabisan uang
- Waktu aku tak semangat lagi belajar
- Waktu aku dapat nilai bagus
- Waktu ibu ulang tahun
- Waktu aku pindah kost-kosan
- waktu aku kena flu
- waktu aku butuh uang
- waktu aku bertemu orang terkenal
- waktu aku butuh nasihat
- waktu aku merasa tidak ada yang memahamiku
- waktu aku butuh uang
- waktu aku ingin masakan buatan sendiri
Pelajaran di luar ruang kuliah
Tokoh sekaliber
Einstain berkata, ”Jika A sama dengan sukses dalam hidup, maka A sama dengan X
ditambah Y ditambah Z. X sama dengan kerja, Y sama dengan bermain, dan Z sama
dengan tutup mulut.” Ah entahlah itu urusan mereka, orang jenius. Yang jelas
menurutku poin ini yang bisa ku tangkap dari kadar otak yang terbatas (hanya
70% mungkin)
ü Persahabatan
dan perkengkaran. Seorang temanku menelepon ibunya di rumah. Ia berkata, ” bu,
aku sudah bertemu teman sekamarku hari ini. Ia memiliki paling sedikit 3876
kebiasan buruk. Tapi setelah lima menit, aku berhenti menghitung.” karna
setelah itu tamanku tersebut bertengkar dengan teman sekamarnya, tapi anehnya
semenit kemudian mereka terlihat akur. Persahabatanlah akhirnya.
ü Persaingan.
Bertahun-hatun yang lalu, sekelompok pemuda pandai di universitas sebut saja
universitas of imajinasi tingkat tinggi (memaksakan sebuah nama) tampaknya
memiliki bakat sastra kretif luar biasa.
Mereka adalah calon penyair, novelis, dan esais. Sungguh luar biasa kemampuan
mereka memanfaatkan bahasa dengan baik. Para pemuda yang menjanjikan ini
bertemu secara teratur untuk membaca dan mengkritik karya mereka. Para pemuda
ini saling memperlakukan tanpa belas kasih. Mreka membedah ungkapan sastra
paling.kecil sampai berkeping-keping mereka tak berhati, tajam, bahkan jahat
dalam kritikannya.
ü Pacaran
(termasuk putus). Suatu malam di tahun 2009 saat temanku dan pemuda itu
berduaan, tahu-tahu ia mengucapkan perkataan yang paling ditakuti oleh pemuda
dalam situasi seperti diriku.
” Gill (nama
samaran) katanya, ” kurasa kita sebaiknya menjadi teman saja.”
nah looh???? Patah
hati
ü Cinta 101.
Seorang ahli kimia yang bisa mengeluarkan dari unsur hatinya, welas asih, rasa
hormat, kerinduan, kesabaran, penyesalan, keterkejutan, dan rasa maaf, lalu
memadukannya menjadi suatu senyawa akan mampu menciptakan atom yang disebut cinta
(Kahlil Gibran).
ü Carut marut
masalah orang dewasa
ü
Krisis
identitas and so on lah (binggung nulisnya)
Telah hampir 4 tahun
akhirnya perjalanan singkat ini hampir
usai, tapi entahlah aku belum menemukan cara yang tepat untuk mengakhiri ini
dengan indah pula. Rasanya tak ingin bergerak karena takut akan kehilangan
semuanya. Ibuku selalu bilang, “ masa-masa paling indah dalam hidup ibu adalah
pada saat-saat sekolah, bertemu dengan orang banyak, terteman dan berlanjut
persahabatan dengan mereka yang dapat menerima kegialan kita dalam segala hal,
belum merasakan susahnya mencari rupiah.” Agaknya itupun berlaku terhadap cara
pandangku, takut akan kehilangan. Keliahatan egois memang, aku masih
mengharapkan dunia berdiri diam sekaligus maju saat aku tinggalkan. Aku tak
bisa berubah dan mengharapkan hal-hal yang akan tetap sama. Aku harus mencari
kenyamanan dalam apa yang sudah berubah dan apa yang baru, menyimpan kenangan,
tapi hidup dimasa kini.
Kalau sudah begini aku ingat betapa
enaknya bila kita masih kana-kanak (berusaha menghindar kalo ternyata sudah tua
bangka ha….ha….ha…). Tak usah mengecap betapa pahitnya hidup. Jadi ingat
sesuatu???? Hua…….. tiba-tiba aku kangen teman-teman SMU.
Pada akhirnya kita datang untuk tegar
Ada diantara kita untuk berbagi
Mengulang masa kejayaan
Jangan lupakan, pada langit berawan
Menancapkan prasasti di hati masing-masing, dengan
Bahasa indah yang dapat diterjemahkan dua musim
kering maupaun basah
Jangan lupakan, langit biru mengintip diantara
kumpulan awan
Pada hari-hari yang terselip antara cerita dan impian
Saat kita masih mencari sesosok keceriaan siang
Dengan menyembunyikan kecemasan anak kecil
Tertawa maupun menangis
Dan, akhirnya kita datang untuk kembali
Dengan meneteskan airmata
Kita tahu,airmatamu adalah gelora masa kanakmu
Dan pada akhirnya,
Ada diantara kita tak ulangi selalu kata perpisahan
Gimana...gimana....huh???
dah pada nangis bombai atau malah udah mandi pake opra sabun?? Sadappp kan??? Harusnya
ini masuk salah satu majalah dalam rubrik oh mama oh papa, betul???. Duh kangen
gue tambah parah, besog-besog ambil S2 aj trus S3 trus S4 dudul apakah S4 ??
hahay nah looh bingung kan?? Bentar-bentar tak tanyain tantowi yahya dulu sob. Nah
trus...trus....mo nabrak *kebanyakan ngimpi.
Mo tau foto
gue pas wisuda?? Ne gue sebarin dulu di polsek-polsek terdekat *ngek ngok
aku start baca dari sini deh, biar urut sampe yang terakhir, lg perlu hiburan.. :p
BalasHapushe...he...jadi pingin malu, ya silahkan2
BalasHapuskalo perlu kritik dan sarannya ditunggu
kapan ya bisa ngerasain wisuda *kuliah aja belum.. ibu mu benar.. =)
BalasHapusntar kan ada saatnya sendiri he...he...
Hapusapa perkataan orang tua emg kebanyakan benar adanya yey...^^
nostalgia ne mesti sambil mewek hihihi
BalasHapusbtw lulusan tahon kpn to kak??