Suatu hari, seorang ibu berperawakan tinggi besar, menggunakan daster kaos warna merah darah, hijabnya hitam menutup dada menjuntai tertiup angin. tergopoh menghampiri kami (aku dan ibuku) yang sedang berbincang di sebrang jalan. wanita itu tidak asing lagi bagi kami, sudah begitu dekat.
ya, dia adalah tetangga sebelah. raut wajahnya tidak seperti biasanya, matanya sayu,semburat garis tajam di kening, sedikit tertekan yang berusaha ditahan. aura wajahnya sedikit gelap. lebih gelap dari warna kulitnya yang coklat. pikirku mungkin ini hanya gejala umur. telah setengah abad dia mengabdikan hidup sebagai hamba-Nya, telah setengah dari umurnya ia dedikasikan waktunya untuk suami, dan tiga anaknya (yang sulung perempuan, disusul laki-laki, dan yang terakhir perempuan lagi).
dia ibu rumah tangga sejati,perfeksionis dan begitu sensitif.seorang istri dan ibu yang baik. lewat kesabarannya dia mendampingi suaminya tanpa banyak menuntut, lewat tangannya lah telah mencetak seorang anak perempuan berhati malaikat, lewat keringatnyalah telah menghantarkan anak laki-lakinya menjadi seseorang yang sukses.
namun, kini hatinya sedang gundah. sebenarnya ini bukan kali pertama ia mengungkapkan keluh kesahnya. jujur, memang dia suka bercerita seperti ibu-ibu rumah tangga pada umumnya. tapi, ia hanya menggosipkan hal-hal yang berhubungan langsung dengan dirinya saja. tidak ditambahi dan tidak dikurangi. pas sesuai dengan porsinya.
awalnya aku dan ibuku tak percaya dengan apa yang dia katakan. tapi, setelah aku amati (aku suka tak sengaja mengamati seseorang) lewat mimik wajahnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya, lewat gesture tubuhnya. dari sana kita dapat menyimpulkan karakter seperti apa yang dimiliki orang tersebut. walaupun hanya di permukaan dan masih kasar.
pernah suatu ketika aku dikira beberapa teman memiliki kemampuan membaca orang. waktu itu dan waktu- waktu terdahulu aku diajak bertemu dengan seseorang, entah itu pacar, gebetan atau teman yang mau dikenalkan padaku hanya sekedar ingin tahu pendapatku. entah itu datangnya darimana, tiba-tiba saya nyletuk kepada orang bersangkutan atau lewat temanku, tentang seperti apa orang tersebut dengan hanya sekali bertemu. dan anehnya, mereka membenarkan padahal aku cuma menggunakan ilmu pengawuran (baca : asal-asalan)
kembali pada kegelisahan seorang ibu tersebut. kenapa orang sebaik dia selalu merasa kurang bahagia, selalu diabaikan, dan selalu diremehkan. tersakiti hatinya yang perasa. bukan oleh keluarga intinya. bukan benar benar keluarga intinya. maksudku suami dan tiga anaknya.
bagaimana aku tidak terima, aku selalu marah dengan orang yang selalu memandang orang lain dengan sebelah mata. meremehkan. dan kecurigaanku mendekati kenyataan (walaupun takaran yang aku gunakan dengan indikator sudutpandangku sendiri) belum bisa dibuktikan secara empiris. minimal hanya untuk mengerti saja (dikoinsumsi sendiri) setelah beberapa bulan melakukan pengamatan dari jauh. takut salah sebelum menyimpulkan.
dan aku putuskan hanya lewat tulisan ini aku dapat membantunya. semoga mereka yang aku maksudkan sebentar lagi dalam tokoh cerita ini membacanya. semoga dengan tulisan ini ia dibukakan mata, pikiran, dan hatinya.
aku menulis ini. bukan dengan maksud apapun. BUKAN UNTUK MENYAKITI SIAPA PUN. hanya alasan hati nurani saja. sebelumnya maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung selelah membaca tulisan ini. maksudku hanya MENYADARKAN siapapun di luar sana yang telah tertutup hatinya. semoga tulisan ini membawa hikmah bagi semua yang membacanya
kasus yang sebentar lagi aku tuturkan, mungkin ada kasus-kasus lain yang serupa. tapi, tunggu sebentar lagi.
_____________00OoO00 BERSAMBUNG DIPOST BERIKUTNYA00OoO00____________
*coming soon
*don't miss it
Ini lanjutane di menantu menyebal kan y?
BalasHapushahahahaha ini orang kepo abiz
Hapuslah...piye to? malah meh di keprok? :D
HapusNek berdasarkan pengamatan, ketoke kok berlanjut neng " Menantu menyebalkan "...bener po salah mbak yuuuu... :D