WELCOME.....WELCOME....!!! #injekkeset, sista and brada sekarang anda berada dalam zona aman milik ANGGI, Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri *nah loh. dan JANGAN LUPA BERKUNJUNG KEMBALI..^^v

Kamis, 01 Desember 2011

#everybody has their own way to show love



(Terinspirasi dari drama Stairtway To Heaven dan sebuah puisi dari Sapardi Djoko Damono)

“…pabila cinta memanggilmu…
ikutilah dia walau jalannya berliku-liku…
Dan, pabila sayapnya merangkummu…
 pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”
(Kahlil Gibran)

Adalah keterbatasan karena aku wanita, adalah keterbatasan karena KAU lelaki. Keterbatasan kita pun lengkap dengan keterikatan yang memabukkan. Dipertemukan oleh takdir yang fantastis dan nasib begitu sporadis. Berawal 12 tahun silam, Kita dipertemukan dan dipisahkan oleh gerimis.
….
Gerimis tadi sianglah yang telah memporak-porandakan benteng pertahananku yang dengan susah payah ku bangun dengan satu persatu bata-bata keikhlasan, yang coba ku pelajari sedikit-demi sedikit oleh gelisah yang kekal. Kemudian aku mengenangmu lewat bituran-butiran hujan yang menggaris bersama gerimis sore hari.
Ya aku baru selesai membaca gerimis, rintik-rintik itu mengirimkan tangis yang pecah di ujung senja tadi. Gerimis itu tak henti-hentinya memeras airmataku, dan tangis itupun pergi dengan selembar wajah terjatuh dalam gerimis. Aku pergi. Aku pergi.
Langkahku mencipta gaung di sepanjang lorong kosong itu. Kekosongan yang sama menyita hatiku. Kekosongan itu mengirimkan hanya satu gema yang terus bergaung di telingaku, KAU. Ruang itu begitu sunyi. Sangat sunyi hingga suara sehelai rambut yang jatuh bisa membuat siapa pun yang berada di dalam ruangan itu terlonjak dari kursi. Tapi mereka tak dapat berbuat apa-apa selain diriku menahan luka. Tak ada yang berani bertanya di mana persisnya aku terluka. Mereka hanya tahu aku terluka. Luka yang begitu dalam. Luka yang begitu perih.
….
Memory Masa Lalu
Semua berawal 12 tahun silam. Awalnya aku tak menyadari keberadaanmu, tak menyadari sosokmu yang berdiri persis di hadapanku. Waktu itu aku buta. Dan akhirnya semua itu datang : sesuatu yang tengah hangat diperbincangkan remaja-remaja putri di koridor-koridor sekolah saat jam istirahat. Waktu itu aku belum paham betul, karena aku hanya dengar lewat bisikan-bisikan. Kamuflase ini pun berlanjut setelah diriku dimatangkan oleh umur remaja : CINTA MONYET. Finally, dia si “cinta monyet” akhirnya menemukanku yang sedang bersembunyi, walaupun ku bersembunyi lagi dan lagi dia tetap memergokiku di persimbangan jalan. Ha…ha…ha.. sungguh tak percaya aku merasakan getaran-getaran yang asing. Waktu itu aku belum paham betul. Adalah keterbatasanku karena aku wanita.
Sayangnya, aku merasakan getaran itu hanya dengan KAU saja, kenapa tidak dengan orang lain?. Apa aku salah?, adakah salah dalam diriku?. Adalah keterbatasanku karena aku wanita. Perasaanku ku biarkan begitu saja, begitu saja menguap di cuaca yang panas, begitu saja mendidih di cuaca yang didinginkan rindu. Sayangnya, ku menjatuhkan perasaan yang salah kepada KAU.
KAU yang membuat diriku begitu memahami perasaan Kahlil Gibran ketika ia menuangkan jiwanya lewat tulisan-tulisan yang begitu indah. Dan KAU yang membuat diriku menyeduh tulisan biru ini dengan segenap hatiku yang telah kau bawa pergi di dasar hujan. KAU membuatku membaca namamu lagi yang telah ku gulung sepanjang hari. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa gerimis, aku selalu menangis. Tetapi, bagaimanakah suara gerimis ini mengajakmu pergi, ketika airmataku menetes tak henti-henti?
KAU ingat, 12 tahun lalu kita hanya kanak-kanak, dengan kepolosan kita menangis dan tertawa. Namun, semua telah berubah ku cari jejak-jejak keceriaan masa kanak : dia telah pergi jauh. Semua telah berubah. Aku hanya menemukan perubahan itulah satu-satunya yang tetap sama dari dulu. Ah, waktu bagaikan  penjahit yang khusus mengerjakan perombakan yang melompat melesat ke atas kendaraan yang bernama kehidupan. Sedangkan aku tertinggal dalam debu. Tersudut meradang.
Sejatinya KAU tahu bukan? Aku mengagumimu di balik punggungmu, tidak berani blak-blakan. Ya kau tahu, tapi tidak ingin mengetahuinya. Setahuku dari dulu KAU sangat pandai membaca, karna itu aku tak pernah berani menulisnya di keningku. KAU akan mengejanya begitu nyaring dengan kedua mata elangmu yang tajam.
KAU berkali-kali bilang “Walau bagaimanapun dan dalam situasi apapun kita adalah saudara.” Ya, aku paham betul walau bagaimanapun aku tetaplah Adikmu. Adik yang mungkin kau dapat karena sebuah keterpaksaan. Keterpaksaan anak kecil karena kasih sayang Ibumu telah direbut secara sepihak oleh Ayahku. Sehingga kau mendapatkannya tak lagi utuh. Waktu itu aku tidak apa-apa. Pikirku demi kebahagiaan ayahku, yang bertahun-tahun hidupnya sepi. Alasan lainnya adalah karena perasaanku delum tertambat kapada KAU. Tapi KAU lain, KAU murung. Padahal kau lebih tua dariku lima tahun. Tapi aku paham.
Baru dua tahun berselang kau bisa menerima ayahku, dan benar-benar menerima keberadaanku. Begitu hangat, begitu perhatian, begitu menyanyangi. Celakanya, perasaan seperti itu baru aku dapat ketika usiaku masih labil, dan parahnya aku salah memaknai perhatianmu. Aku kalut, KAU tahu kan? Aku bisa mengendalikan. Aku harus bisa, ini terlarang.
 Dan apakah kau tahu bagaimana perasanku waktu itu? 8 tahun lalu? Bukan hanya kau satu-satunya yang hancur. Aku, perasaanku hancur tidak hanya sekali tapi berkali-kali, berkeping- keping. Namun, telah selesai ku menata diri kembali. Aku paham betul, perasaanku salah, salah besar malah. Maka dari itu aku tetap memilih sembunyi, aku sembunyikan perasaanku yang seringkali membuatku sesak napas sesering KAU bersikap menyebalkan dengan “tak mau tahumu” tentang perasanku. Sejatinya kau tahu bukan? Karena sesuatu yang datangnya dari hati akan sampai ke hati pula. Betul, itu malah membantuku untuk berpikiran terbuka. Terima kasih.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti kata yang tak sempat diucapkan,
kayu kepada api yang menjadikannya abu.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti  isyarat yang tak sempat dikirimkan awan,
 kepada hujan yang menjadikannya tiada. 


Anehnya, aku tak mau beranjak. Masih tetap terdiam. Di saat itu kau telah berlari jauh meninggalkanku yang masih saja termangu. Kau tumbuh menjadi laki-laki yang rupawan (itu menurutku) tapi yang tak bisa bohong dan tampak dari luar : Kau kharismatik. Itulah yang membuat dirimu begitu “digilai” oleh banyak perempuan. KAU berubah playboy. KAU asik dengan duniamu sendiri
Aku masih saja setia mematut, terpekur oleh kebodohanku sendiri. Sebenarnya banyak laki-laki yang mendekatiku, tapi bodohnya aku tak mau mencoba. Tak ada atau belum ada seseorang  yang bisa menyamai dalamnya perasaanku kepada KAU.
….
Ku simpan mukaku ketika hujan mencurahkan bituran gerimis. Duduk di bawah temaram lampu sorot di atas meja. Merenung. Berhari-hari jiwaku tidak sedang menjadi bagian perangkat system tubuhku. Ketika aku bergerak ia tak ikut bergerak, ketika aku bernafas, ia tersedak dengan paru-paruku. Ia tak bisa diatur sesuai kemauanku. Dan tahulah ia, kalau ia sedang tak ingin aku perintah.
Hari ini aku belajar mengikhaskan untuk tiga hari ke depan dan untuk hari-hari mendatang. Aku telah sepakat dengan diriku sendiri bahwa KAU untuk selamanya adalah kakaku dan aku adalah selamanya adikmu. Bahwa ikatan saudara tak pernah akan terpisahkan bahkan terputus. Bahwa kakak-adik bisa bergandengan tangan saat berjalan sendiri dirasa berat, bahwa kekasih tak bisa mengusap kepalaku sesering KAU mengusap kepalaku. Bahwa kita bisa berjabat tangan ketika kita dalam pertikaian. Bahwa cinta tak pernah salah, pelakunyalah yang salah. Bahwa definisi cinta adalah tak sekedar cinta sepasang kekasih. Berjalannya waktu sesuatu yang memanas akan mereda

Sungguh saat ini aku sedang belajar merelakanmu untuk bersanding dengan orang lain. Cintaku telah merelakan KAU bahagia. Dan aku pun harus bahagia. Kita bertemu, lalu kau beranjak untuk orang lain. Egoku mengalahkan cintaku terhadapmu. Walaupun aku menangis. KAU berbahagialah. Karena kita di ikat dengan cinta. Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang. Dengan bentuk cinta yang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...