Bukan diantara peluh dan sesak, melainkan diantara longgar
kelapangan.
Tidak juga singgah di tengah keheningan petang, namun terlelap di
tepi tahta riak kebisingan siang.
Belum sedang terlentang menuju
tidur, melainkan sedikit kepayang menuju gemetar.
Tersungkur
bujur tubuh ini mendengkur, tergesa meradang. Hidup terkoyak dimabukkan secawan
anggur dunia.
Ini bukan sekedar meriwayatkan hidup, lebih menekankan rangkaian
debu halus yang telah menyampul, lembaran-lenbaran lama tak terentuh.
Tidak pula sedang mencium aroma debu tua yang menusuk hidung. Namun peduli
pada apa yang membangkitkan kenangan,:
ku telusuri jalan temaram, prosa itu menyusuri gang-gang gelap nan
pengap, walau begitu sajak-sajaknya tetap angkuh menyembunyikan karat di setiap
ejaannya.
Ku temukan mereka di pojok tikungan subuh, sedang meniti garis
miring dalam tanda kurung.
ku mencegatnya hampir pada penghujung kata, namun ku menempuh jarak
tanpa titik, aku mengira telah dapat menaklukkannya, kemanakah mereka pergi?
Bersembunyi melarikan diri?
Begitu
banyak semak-semak dalam gang sempit
itu. Terjemahannya begitu nyaris, disekelilingnya tersanding tanda baca tanpa
jeda.
Menjelang
fajar, prosa tua itu meledakkan
kata-kata. Karna ku gagal mentamatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah