You say you wander your own land
But when I think about it
I don't see how you can
You're aching, you're breaking
And I can see the pain in your eyes
Says everybody's changing
And I don't know why
So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same
(keane- everybody's changing)
ehemm, kayaknya lirik lagu di atas sana cocok buat prolog ulasan saya kali ini deh. biar tambah mengena dan tambah menghayati saya sertakan videonya ya, jangan lupa di puter lho tepatnya maksa sembari ngebaca ulasan yang bentar lagi nongol di bawah sono biar tambah gimana gitu. critanya biar mirip-mirip (sebelas.... duabelas.... ribu...) kaya sountrack-sountrack film gitu *fyuuiih *ngelap keringat
tot....terororettorettt....
....
pernahkah teman-teman merasa semua orang telah berubah, tapi kita masih saja tetap sama? jawabannya : PERNAH. dan sekarang saya mengalaminya tepatnya belum lama ini berselang, saya berada dalam situasi yang membingungkan, entah karena saya terlalu sensitif atau apa (kebanyakan orang bilang saya orang yang sensitif) dan yang dimaksud orang kebanyakan disini "sensitif" dalam arti positif atau negatif saya kurang tau. dan sebisa mungkin saya tak ambil pusing dengan masalah tersebut. setiap orang berhak menilai orang lain dengan nilai yang ia sukai namun, orang lain tidak bertanggung jawab dengan hidup kita bukan?.
baru-baru ini, saya di undang dalam suatu pertemuan sebut saja pertemuan kekerabatan dan semacamnya. praktis tak ada perbedaan yang signifikan antara saya dengan pengundang dan khususnya anak pengundang. tapi belakangan saya merasa_ibaratnya jika saya adalah pedagangkaki lima sebagai jenis profesi informal yang saya anggap bersumbangsih besar terhadap perkembangan ekonomi kerakyatan, maka saat itu saya bagai diundang ke sebuah mall oleh sejumlah rekan yang sering mengurusi bangunan-bangunan mewah penuh gaya.
"eh, maaf mas dengan segala hormat saya tidak suka dengan pandangan sebelah mata anda terhadap saya!!!".
teman-teman bisa bayangkan, ujug-ujug kami semua yang diundang untuk di pameri dengan ini- itu yang kesimpulannya adalah dia sedang menyombongkan dirinya sendiri, dengan penuturan menggunakan bahasa ilmiah dari kaumnya yang mirip bahasa alien di kuping kami.
selintas, saya berusaha melupakan kejutan itu. obrolan kami yang kebanyakan pasif karena berlangsung satu arah yaitu hanya mendengarkan ocehehan yang nggak penting tersebut- dan akhirnya hanya membuat saya : spesies aneh di kandang monyet berkepala manusia. sampai saat ini masih saja bergidik kalo mengingatnya betapa tidak :
hmmmm, padahal kalo mau lebih menelisik, di dalam jeroan orang macam itu bukannya malah penuh dengan ilmu-ilmu keblinger, namun justru tidak ada apa-apanya di dalamnya. bisa teman-teman bayangkan bagaimana rupanya ketika hari gini yang di bahas hanya mempertontonkan kedudukan, pangkat, dan kemewahan. hal ini memperkuat kesinisan saya selama ini yang kerap mencurigai motif-motif kreatif (baca :licik) kelas menengah keatas yang seringkali hanya bentuk usaha penyelamatan diri sendiri. dengan segala rayuan bermulut manisnya yang padahal jika dicermati sedang melancarkan trik untuk membodohi orang-orang berhati bersih yang kurang peka untuk keuntungannya sendiri. orang macam ini cenderung egois. hanya berkawan jika butuh.
"Mas....mas.... anda sedang belajar mengkatagorikan macam-macam kelas sosial ya mas???"
Saya sendiri selalu
menegaskan kepada sejumlah teman lain yang kerap menyanggah ketika saya
sering menyinggung permasalahan kelas masyarakat. Mungkin baginya itu adalah
sudut pandang klise dari teori sosial yang kini makin sial. Sementara bagi
saya, justru berbagai masalah—dari profesi adiluhung sampai ilusi pemberontakan
kaum bawah tanah—biasanya berkelindan dengan permasalahan kelas sosial itu. Tak
mau kalah untuk tetap menjadi klise di mata kawan saya itu, saya lontarkan
kalimat-kalimat sederhana: bahwa begitu banyak orang-orang yang hidupnya pas-pasan
berjuang hidup di jalanan hanya agar anaknya bisa mendapat pendidikan di
sekolah yang tak pernah murah—sekalipun sekolah-sekolah tersebut tak menjamin
mahasiswanya setelah lulus bisa mengunggah tulisan ke media online.
Mereka masih percaya bahwa pendidikanlah yang bisa mengangkat harkat martabat
seseorang, agar bisa berkontribusi lebih besar dalam tatanan sosial-masyarakat.
kenapa saya bisa bilang begitu? mindset saya terbuka tentang suatu peristiwa : ketika itu saya masih duduk di bangku perkuliahan pada semester lima. di universitas yang saya naungi itu mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil mata kuliah umum (MKU), salah satunya adalah dinamika kelompok. ketika itu kami (saya dan kelompok) di tugasi oleh dosen pengampu MKU tersebut untuk menyorot "dinamika" dalam kelompok masyarakat ke dalam sebuah audio visual. entah bagaimana ceritanya kami memilih tema tentang anak jalanan dan kami buatlah sebuah highlight. (sebenarnya saya pingin upload hasilnya, tapi karena berformat mwv jadi tidak bisa)
dalam proses pembuatan dan survey di daerah semarang, saya tertohok mengenai realita kehidupan. seperti saya bilang di atas mindset saya seketika itu terbuka bahwa hidup bisa begitu tidak adilnya menghakimi anak-anak yang kurang beruntung. iya saya tahu betapa trenyuhnya hal tersebut kalian juga tahu bukan? tapi kita tahunya hanya sebatas kulit permukaan dan teori saja, sebelum saya yang sudah begitu beruntung bercengkrama secara langsung dengan mereka seperti merasakan "bila aku menjadi" di salah satu acara TV .
Pernahkan terlintas di pikiran kalian, Lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan / pengamen? Apakah kita yang lebih hebat? Bagi kalian yang menjawab demikian kalian SALAH BESAR …
kenapa saya bisa bilang begitu? mindset saya terbuka tentang suatu peristiwa : ketika itu saya masih duduk di bangku perkuliahan pada semester lima. di universitas yang saya naungi itu mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil mata kuliah umum (MKU), salah satunya adalah dinamika kelompok. ketika itu kami (saya dan kelompok) di tugasi oleh dosen pengampu MKU tersebut untuk menyorot "dinamika" dalam kelompok masyarakat ke dalam sebuah audio visual. entah bagaimana ceritanya kami memilih tema tentang anak jalanan dan kami buatlah sebuah highlight. (sebenarnya saya pingin upload hasilnya, tapi karena berformat mwv jadi tidak bisa)
dalam proses pembuatan dan survey di daerah semarang, saya tertohok mengenai realita kehidupan. seperti saya bilang di atas mindset saya seketika itu terbuka bahwa hidup bisa begitu tidak adilnya menghakimi anak-anak yang kurang beruntung. iya saya tahu betapa trenyuhnya hal tersebut kalian juga tahu bukan? tapi kita tahunya hanya sebatas kulit permukaan dan teori saja, sebelum saya yang sudah begitu beruntung bercengkrama secara langsung dengan mereka seperti merasakan "bila aku menjadi" di salah satu acara TV .
Pernahkan terlintas di pikiran kalian, Lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan / pengamen? Apakah kita yang lebih hebat? Bagi kalian yang menjawab demikian kalian SALAH BESAR …
tahukah apa yang membuat pernyataan
kita tersebut salah?
Mungkin bila kita melihat orang jalanan / pengamen yang selalu yang
ada di benak kita adalah anak kita yang kotor, kumuh, dan nakal. Memang
semua itu benar, tapi ada suatu hal yang lebih berharga di balik semua
itu. Anak jalanan /pengamen mempunyai suatu
keistimewaan yang tidak kita miliki. Apa keistimewaannya? Tiap hari
mereka mampu melawan kekejaman kehidupan hanya untuk 1 tujuan yaitu
mencari uang untuk hidup 1 hari. walaupun yang didapat sedikit namun
mereka tetap bersyukur dan tak mengenal kata “putus asa” untuk kembali
berjuang pada hari-hari selanjutnya. Namun bagaimana dengan kita? Kita
tidak tiap hari merasakan kekejaman dunia, hanya pada waktu tertentu
saja namun lebih parahnya kita selalu gampang berputus asa bila
mengalami kegagalan dan yang lebih parahnya lagi kita tidak pernah
mensyukuri apa yang kita punyai saat ini. Sekarang lebih hebat manakah
?kita atu anak jalanan?
tidak hanya itu, hati mereka suci bersih dan lugu . tidak seperti kita yang kebanyakan munafik. betapa anak-anak itu sangat ingin sekolah tapi terkendala biaya. dan kenapa saya begitu sinisnya dengan si "dia" yang begitu pongah tentang kemewahanya yang diumbar secara semena-mena. ah bukannya hidup itu hanya sebuah perjalanan saja mas? tidakkah kamu melihat anak- anak jalanan itu. oke boleh jadi kau sedang berjaya, sedang di atas. tapi bagaimana jika tiba-tiba kau terperosok nyungsep, terjun bebas dan berada di poros paling bawah??
tidak hanya itu, hati mereka suci bersih dan lugu . tidak seperti kita yang kebanyakan munafik. betapa anak-anak itu sangat ingin sekolah tapi terkendala biaya. dan kenapa saya begitu sinisnya dengan si "dia" yang begitu pongah tentang kemewahanya yang diumbar secara semena-mena. ah bukannya hidup itu hanya sebuah perjalanan saja mas? tidakkah kamu melihat anak- anak jalanan itu. oke boleh jadi kau sedang berjaya, sedang di atas. tapi bagaimana jika tiba-tiba kau terperosok nyungsep, terjun bebas dan berada di poros paling bawah??
maka kau pasti kembali
dalam genggaman sunyi
sendiri
sebuah kekuatan maha dahsyat
akan memaksamu pergi
dari semua yang kau sayangi
pesta pora yang mewah dan meriah
baju kebesaran yang pongah,
megah lagi indah
yang membuatmu sombong,
mendongakkan kepala,
membusungkan dada,
berjalan dengan congkak
di muka bumi...
maka mengapa kau tak lagi punya nurani
tak kau rasa sejuknya embun pagi
tak kau sapa hangat mentari
kau tak peduli semua
kecuali diri sendiri
rakus akan kekuasaan
dan berlebihnya kebanggaan
padahal kau tak tahu
kapan perjalananmu akan terhenti
pada titik sunyi
lalu kau pun tercenung
dalam penyesalan yang panjang
dan teramat panjang...
maka setelah itu sunyi,
sepi,
sendiri,
semua tak lagi berarti
ah, seandainya kau mengerti...
(Ya Tuhan kami,
Engkaulah Sang Pembeda
jelaskanlah kepada kami perbedaan itu
putih dari hitam,
terang dari gelap,
benar dari salah
Engkaulah pemilik kebenaran yang hakiki
jika di dunia ini dia tersembunyi
maka di sisiMulah kelak dia terbukti!)
Dan, sepertinya kita
sudahi saja curhat colongan ini, karena yang barusan adalah yang paling ekstrim
dari dari hasil konverensi meja kotak PERTEMUAN ini. Saking gilanya, saya tak bisa lagi mengingatnya
satu-persatu, dan kalaupun bisa, tak mungkin saya beberkan sumpah-serapah
terlalu panjang itu di sini.
...
Bicara soal perubahan. setiap orang berhak untuk berubah, tapi diharapkan berubah untuk sesuatu yang lebih baik. jangan biarkan perubahan membuat kita mengabaikan orang di sekitar kita. #ea #quotejadijadian
kalo di kaitkan dengan kontek di atas bahwa berubah sah-sah saja, tapi perubahan itu janganlah menjadi ajang memperlebar kotak mengkotakkan sesuatu *sesuatu banget yah.
N.B : ah, ternyata saya masih shock saja, tidak rela kalo si dia, sudah sebegitu berubah. sedangkan saya?? masih saja seperti ini( doakan saja agar tidak sombong). ini jadi pengingat saja bahwa kita tak bisa mengharapkan dunia berdiri diam sekaligus maju saat kita tinggalkan. kita tak bisa berubah dan mengharapkan hal-hal lain akan tetap sama. kita harus mencari kenyamanan dalam apa yang sudah berubah dan apa yang baru, menyimpan kenangan, tapi hidup di masa kini.
Itu video nya d upload aja mbak anggi,yang ttg anak jlan itu..
BalasHapusseperti yg sudah sy blg masbro
BalasHapusvideonya terkendala format makanya nggak bisa di upload
Mbok an angger d aplod yu.. :)
BalasHapusKerrn mbk, saya juga ngalamin hal yang sama .:'(
BalasHapus"jangan biarkan perubahan membuat kita mengabaikan orang di sekitar kita"
BalasHapussaya suka dengan quote itu mbak.
saya juga pernah (*bila tidak boleh mengatakan sering) mengalami Perubahan Diri yg begitu drastis dr tmn2 saya. Ataukah hanya saya yg tdk mengikuti perkembangan jaman? (ah saya rasa tidak. Umur tetap bertambah, pengetahuan juga, pengalaman makin banyak). Hanya saya sajakah yg merasakan Everybody Changing? Ternyata tidak.Setelah membaca tulisan kamu, ada satu pelajaran bermakna dalam hidup "Rasa mawas diri yang tidak boleh berubah (*brubah jd lbh buruk).Tp harus lbh baik lagi".
Salam kenal, My Name is Sharasto :)
googling nyari makna dibalik lirik ini oleh penyanyi aslinya, malah kesasar di blog ini… n akhirnya malah larut dlm cerita blog ini, pesan dbalik tulisannya daleem bgt… si fulan yg terbebani n memaksakan diri mengikuti perkembangan zaman dgn berubah menjadi org lain karna dia menganggap bahwa semua orang berpikir akan berubah ke tujuan yg sama, dia larut dlm dunianya itu sampai dia menyembunyikan derita n lupa bahwa dunia ini sangat singkat n dia tdk punya cukup waktu utk mengejar impiannya itu. dunia kapitalis dgn berbagai macam arogansi, dunia yg mebuat kita semakin terkotak2.
BalasHapusini curhat dunia nyata punya blogger ndiri atau colongan sih?… klo nyolong tlg sumbernya disertain dong
BalasHapus