“ I’am an alien, I’am
a legal alien….”
Memang, sepotong bait
lagunya Sting mewakili perasaan saya!. Minggu kemarin saya —menamai diri saya sendiri alien
yang terdampar di sebuah tempat seperti surga dunia. Dikatakan senang? Memang iya.
Mereka yang mengerti imajinasi saya paham betul,
Kamu tahu, saya menemukan jodoh saya di hari jum’at minggu
lalu. ketika mengantar saudara yang tengah menempuh S3-nya mencari buku untuk
tugasnya. Berangkatlah kita ke suatu tempat di mana lautan buku-buku bekas
menyamudra. Di salah satu sudut kota jogja.
Jodoh saya, saya temukan di antara tumpukan-tumpukan mereka.
Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Entah mimpi apa, tapi hari
itu layak disebut hari keberuntungan. Kalian bisa membeli berpuluh-puluh buku
bagus suatu waktu. Tapi, hanya menemukan satu yang sangat berjodoh dengan kita,
itu jarang. How lucky I’am.
Le Petit Prince. The Little Prince. Novel
lawas, oleh penulis perancis 1943. Buku super-sederhana yang berdampak luar
biasa
Mungkin, faktor perancis membuat hati saya berdetak lebih
kencang. Menarik. Betapa hati saya seperti ada magnet sebesar kutub selatan
jika mengeja kata P E R A N C I S. tapi, rupanya bukan itu saja.
begitu memasuki halaman judul, saya langsung jatuh cinta, seketika. kalimat pembuka yang dituliskan Exupery membuat menggelitik
'' I will dedicate the book to the child from whom this grown-up grew"
Seperti dugaan, ini adalah fabel, yang lebih ditujukan sebagai bacaan anak-anak. Tapi, sebenarnya lagi, buku
ini untuk kaum dewasa. Ah, intinya mampu melintasi batas usia. Tapi, memang untuk dewasa sih...
Exupery mendorong kita yang
biasa disebut ‘kaum dewasa’ untuk mengubah cara pandang orang dewasa terhadap
banyak hal.
Dalam buku ini, saya mendapatkan bermacam-macam quote menohok. Quote yang membuat saya
terdiam sesaat, memaksanya untuk masuk ke dalam otak saya, lalu dicerna dalam
bentuk debaran kencang.
I
showed my masterpiece to the grown−ups, and asked them whether the drawing
frightened them. But they answered: “Frighten? Why should any one be frightened
by a hat?”
Menjadi dewasa adalah mutlak.
Manusia tak bisa kembali ke masa kanak-kanaknya. Mereka–kaum
dewasa–kerapkali mengeluhkan hal-hal yang dianggap penting: politik, kalkulasi
bisnis, perhitungan untung-rugi, jumlah penduduk kota yang kian bertambah,
jumlah angkutan umum yang tak sesuai harapan, dan banyak hal “penting” lainnya.
Sesekali kita perlu memelihara
sifat kekanakan kita dan berpikir seperti saat kita masih anak-anak, apa adanya.
Seperti “kenapa hujan bentuknya butiran air”, “kenapa ada
kucing yang bersuara manis, ada juga yang parau”, atau “kenapa gula rasanya
manis, kenapa nggak masam? Kenapa nggak pahit?”.
Ceritanya
dimulai ketika narator masih
kecil. Dia suka menggambar ular boa yang memakan
seekor gajah, baik dari dalam maupun dari luar. Tapi, ketika dia menunjukkan
gambar itu ke orang dewasa, mereka menyuruhnya untuk berhenti menggambar dan
mulai belajar hal-hal lain, seperti geometri, aritmetika, geografi dll. Akhirnya sang narator
kecil berhenti menggambar dan tumbuh besar menjadi seorang pilot.
"gambarku bukan gambar topi, itu gambar pembelit boa yang menelan gajah"
"maka akupun sendiri, tanpa orang-orang yang dapat kuajak bicara..."
Bab
berikutnya, pilot tsb mengalami kecelakaan
pesawat mendapati dirinya berada di Gurun Sahara dan sudah berhari-hari mencoba
memperbaiki sendiri pesawatnya yang rusak, karena tidak ada seorang awak pun di
dalam pesawat tersebut. Pada suatu fajar ia terbangun, dirinya mendapati
sesosok kecil pangeran yang ternyata berasal dari planet lain.
Pangeran Kecil kemudian memintanya untuk
menggambar sebuah biri-biri. Bagi Sang Pilot, ‘menggambar’ adalah bakat yang
sudah lama dikuburnya dalam-dalam, karena dia pernah dikecewakan oleh
orang-orang dewasa di sekitarnya semasa kecil dia menunjukkan gambar pertamanya.
sang pilot yang menolak beberapa kali, akhirnya menggambar seekor biri-biri, tapi, anak kecil itu menolaknya. berualng-ulang karena biri-birinya kurang cocok. pilot tidak kehabisan akal. ia lali menggambar sebuah kotak seperti gambarnya waktu kecil dulu, dan berkata " ini kotaknya. biri-biri yang kau inginkan ada di dalamnya.". tak disangka, anak kecil itu menyukainya.
pangeran kecil adalah satu-satunya orang yang mengerti gambar yang dibuatnya waktu kecil. hehehehe.... kalo dicermati ini semacam tes psikologi
pangeran kecil adalah satu-satunya orang yang mengerti gambar yang dibuatnya waktu kecil. hehehehe.... kalo dicermati ini semacam tes psikologi
Sang
pangeran menghabiskan hari-harinya di "planet" itu dengan mencabuti baobab-baobab yang
tumbuh agar tidak mengganggu planetnya , membersihkan semua gunung
berapi—termasuk yang sudah tidak aktif, dan merawat mawarnya. Dia belajar
kesabaran untuk membuat "planet"-nya tetap ada. Dia akhirnya jatuh
cinta kepada mawar yang berada di planetnya yang sepertinya tidak mencintainya
kembali karena sifatnya yang sombong. Sang pangeran akhirnya memutuskan untuk
berkelana melihat alam semesta dan mengunjungi 6 asteroid,
dari nomor 325 sampai 330.
~Pada asteroid pertama,
sang
Pangeran bertemu dengan seorang Raja yang mberkata bahwa ia
"menguasai" semua bintang dan bisa menyuruhnya melakukan apa saja.
Dia menjelaskan kepada pangeran kecil bahwa rakyat hanya mematuhi perintah yang
masuk akal dari pemerintah atau penguasa mereka. Pertama-tama, dia memaksa sang
pangeran untuk tinggal sebagai Menteri Kehakimannya, tapi akhirnya dia
mengijinkannya pergi sebagai Dutanya.
“…Kita harus
menuntut dari seseorang apa yang bisa diberikan oleh orang itu,” sang raja
melanjutkan. “Kekuasaan, yang utama, bersandar pada sesuatu yang masuk akal.
Jika kau memerintahkan rakyatmu pergi melempar diri ke laut, akan terjadi
revolusi. Aku punya hak menuntut kepatuhan karena perintah-perintahku masuk
akal.”
asteroid kedua,
pangeran bertemu dengan seorang
yang sombong. Dia hanya mau mendengar pujian dan berpikir bahwa dia adalah
orang yang terhebat di planetnya
asteroid ketiga,
pangeran
bertemu dengan seorang pemabuk yang minum-minum untuk melupakan fakta bahwa dia
malu mabuk-mabukan.
Pada
asteroid keempat,
Pangeran
bertemu dengan seorang pengusaha yang sibuk menghitung bintang-bintang yang ia
pikir dipunyainya (ada 501.622.731). Dia mengharapkan untuk mendapat untung dari
mereka untuk mendapat lebih banyak uang untuk membeli lebih banyak bintang.
pangeran
lalu memberi definisi tentang properti. Sang pangeran mempunyai bunga dan
gunung-gunung berapi di planetnya karena ia merawat mereka dan mereka
merawatnya, dan karena seseorang tidak bisa merawat bintang dan mereka tidak
bisa merawat kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa memilikinya.
“tetapi, mawarku, walaupun cuma setangkai, jauh lebih berarti daripada kalian semua karena dialah yang kusirami...karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh, atau menyombongkan diri atau ketika dia cuma membisu. karena dia mawarku"
“tetapi, mawarku, walaupun cuma setangkai, jauh lebih berarti daripada kalian semua karena dialah yang kusirami...karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh, atau menyombongkan diri atau ketika dia cuma membisu. karena dia mawarku"
“Manusia kadang sering
lupa, bahwa mereka bertanggung jawab
selamanya atas apa yang telah mereka jinakkan”
asteroid
kelima,
Pangeran
bertemu dengan seseorang penyala lampu yang harus menyalakan lampu setiap sore
menjelang malam dan mematikannya tiap pagi. Dulu, ketika planetnya masih
berotasi dengan normal, dia bisa tidur dan beristirahat dengan cukup. Tapi,
sekarang planetnya berotasi setiap satu menit dan dia tidak bisa mendapat
tidur.
Tapi,
sang penyala lampu tetap patuh kepada perintahnya dan tetap menyalakan dan
mematikan lampu, walaupun ia tidak pernah tidur. Sang Pangeran menghormatinya
lebih daripada orang-orang lain yang ia temui karena ia memikirkan sesuatu yang
lain dari dirinya sendiri. Tapi, karena planetnya terlalu kecil untuk dua
orang, sang Pangeran pun pergi.
Pada
asteroid keenam,
Pangeran
bertemu dengan seorang pembuat peta (geographer) yang tidak pernah pergi dari
mejanya dan bergantung kepada pengelana-pengelana untuk membuat petanya. Dia
lalu meminta sang pangeran kecil untuk bercerita tentang planetnya, tapi dia
menolak untuk memasukkan mawarnya ke dalam petanya karena ia bersifat 'semu' (ephemeral).
Sang pangeran sangat terkejut untuk mengetahui bahwa bunganya suatu saat akan
hilang. Sang pembuat peta akhirnya mengusulkan kepadanya untuk pergi ke Bumi
Dan
cerita fabel bijak yang menarik ini pun berlanjut. Tidak membosankan, ringan,
dan seperti saya bilang sebelumnya petuah dalam quote-quote yang bertebaran
membuat saya terkesiap beberapa detik. dan hati berdecak kagum dengan imajinasi
seorang Exupery.
Saran
saya nikmati bacaan sesederhana aliran dalam alurnya. Jangan banyak berpikir,
itu akan membuatmu bingung. Awalnya, setelah membawa beberapa bab, saya pikir
ini semacam teka-teki. Apa selanjutnya yang akan terjadi?, apa maksud semua ini?.
Oh,
hey memang saya banyak tersindir membacanya. Kalian harus membaca dari sudut
pandang anak-anak. Membaca dengan sudut pandang orang dewasa menjadikannya
rumit, gaes. Padahal, beberapa kali Exupery menyindir di awal-awal kisah dan
saya ndableg.
“Orang-orang
dewasa tak pernah memahami sesuatu seperti apa adanya,
dan sungguh melelahkan bagi anak-anakkalau selalu harus
memberi penjelasan kepada mereka.”
dan sungguh melelahkan bagi anak-anakkalau selalu harus
memberi penjelasan kepada mereka.”
Dasar memang saya keras kepala. Hahaha. Padahal
untuk menangkap makna-maknanya hanya diperlukan kesederhanaan berpikir. Iya,
saya butuh membaca ulang sesuai perintahnya si Exupery, hasilnya sungguh ajaib.
Saya berjodoh dengan buku ini.
“Kau hanya
bisa melihat jelas dengan hatimu.
Hal yang penting tak terlihat oleh mata.”
Hal yang penting tak terlihat oleh mata.”
Kalo boleh jujur. Buku ini wort
it bingit. Must to read. Bintang lima deh, dari lima opsi bintang yang
tersedia. Sesekali membaca buku semacam ini seperti oase di tengah gurun. Apalagi
disisipi dengan ilustrasi-ilustrasi anak kecil. kejutannya adalah ilustrasi dibuat oleh si Exupery sendiri. Membacanya serasa lebih muda
tujuh belas tahun dan lebih tua sepuluh tahun dalam waktu bersamaan. Saya rasa— kita selamanya akan menjadi perpaduan antara terlalu muda untuk beberapa
hal, dan terlalu tua untuk hal-hal yang lain ketika membaca fabel ini.
Pantas saja buku ini termasuk buku legenda bukan hanya versi saya tentunya, selain karena tahun terbitnya tahun 1943 yang notabene waktu masih Perang Duna II sudah ada karya sastra semenarik ini. buku ini lebih dari itu. entah sudah berapa kali Exupery membuat saya terus memuji-mujinya. jika, dia bisa mendengar dia bisa mati tersanjung pokoknya. eh, bangkit dari kubur maksudnya.
dia dengan sangat halus menyusupkan pelajaran tentang mencintai, konsep berteman, dan pentingnya mendengarkan kata hati. jelas konsep karya sastra adalah bagaimana efek yang timbul dari cara kita merasakan. pesan tidak ditulis secara lugas namun kita hanya perlu merasakannya saja bukan. mungkin kita bisa menangkap hal-hal yang berbeda satu sama lain. namun, tetap rasa yang ditimbulkan tetap sama.
boleh jadi, the little Prince ini semacam otobiografinya Exupery. Dia memang seorang pilot selain juga seorang penulis, dan pernah mengalami kecelakaan udara (kegagalan penerbangan) dan jatuh di gurun Libia selama 3 hari dan hampir mati karena dehidrasi. Mungkin, secara kebetulan ini yang menjadi inspirasi menulis The Little Prince akibat berhalusinasi selama 3 hari. Mungkin juga bukan....
Pantas saja buku ini termasuk buku legenda bukan hanya versi saya tentunya, selain karena tahun terbitnya tahun 1943 yang notabene waktu masih Perang Duna II sudah ada karya sastra semenarik ini. buku ini lebih dari itu. entah sudah berapa kali Exupery membuat saya terus memuji-mujinya. jika, dia bisa mendengar dia bisa mati tersanjung pokoknya. eh, bangkit dari kubur maksudnya.
"Waktu itu, dia hanya seekor rubah, seperti 100.000 rubah lainnya. Tetapi, aku membuatnya menjadi temanku, dan sekarang dia unik di dunia ini"
boleh jadi, the little Prince ini semacam otobiografinya Exupery. Dia memang seorang pilot selain juga seorang penulis, dan pernah mengalami kecelakaan udara (kegagalan penerbangan) dan jatuh di gurun Libia selama 3 hari dan hampir mati karena dehidrasi. Mungkin, secara kebetulan ini yang menjadi inspirasi menulis The Little Prince akibat berhalusinasi selama 3 hari. Mungkin juga bukan....
Ah, Jadi kepingin punya
karyanya si Antoine de Saint-Exupery lagi.
“Jika suatu misteri terlalu menakjubkan, kau tak berani mempertanyakannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah