WELCOME.....WELCOME....!!! #injekkeset, sista and brada sekarang anda berada dalam zona aman milik ANGGI, Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri *nah loh. dan JANGAN LUPA BERKUNJUNG KEMBALI..^^v

Rabu, 04 Juni 2014

kenang

Tulisan ini saya buat ketika sedang duduk termenung di halte bus. Menunggu bus kampus. tepatnya kampus almamater. Lagi. Jari saya kembali membolak-balik layar smartphone. Sampai guratan jejak jari berminyak membekas di layarnya. Dan saya kembali menunggu bus lagi. Sudut mata saya melirik sedikit, dengan earphone terpasang di telingga, lagu balada mengalun yang membuat debaran dan nafas sesak.

Hari ini. Saya tidak akan mengeluh karena cuaca yang terik, jalanan yang lengang, aspal jalanan yang memuai dan daun warna hijau-kekuningan yang tampak kehausan. Andai stomatanya tampak pasti sudah menganga lebar-lebar. Mirip anak anjing yng menjulurkan lidahnya sehabis jalan-jalan. Walaupun begitu, anehnya dedaunan itu masih dapat menyapa dengan anggun-mengangguk tertimpa angin. Mirip di Eropa.

Lagi. Jari saya patah hati, makanya saya menulismu. Mata saya patah hati. Dan juga saya rasa jantung ini juga patah hati. Tepatnya, saya patah hati. Tak ada notifikasi, tertulis di layarnya. Ah, saya benar-benar patah hati.

Kemudian, seperti anak kecil yang tersakiti saya ingin mengamuk. Buru-buru saya melirik ke seberang jalan, masih belum ada yang datang. Hhmm, saya menyadari banyak selama menunggu. Tiga setengah tahun berselang setelah saya lulus dari kampus ini, segala hal bertumbuh. Segala hal berprogres. Begitupun saya. Perasaan saya juga perasaan kamu.

Tahukah kamu. Jika bukan karena ada janji dengan dosen akademikku dulu, dan ada sedikit perlu. saya tidak akan kembali lagi ke kampus ini barangkali. Dan saya tidak akan mengingat ini. Yakan, saya mulai mengandai-andai lagi.

Ingin rasanya membuang aksara yang bertuliskan dan mengisi namamu di dalamnya. Membuang ingatan saya yang dulu mengharapkannya. Pernah sangat mengharapkannya.

Tapi, kali ini saya telah terbiasa. Jeda membuat saya terbiasa. Terbiasa tidak melihat aksaramu di alam bawah sadarku. Suatu saat, mungkin saya akan lupa kalau kamu pernah ada. Seperti kamu yang mencoba melupakan saya. Dan benar kamu telah berhasil. Kamu telah menemukan ia lebih dahulu. Saya belum.

Lalu, suatu saat, kita akan sama-sama terbiasa, bahwa kita tidak pernah ada. Bahwa saya dan kamu tidak pernah ada. Jeda membuat kita terbiasa.

Mengingat ini saya jadi tersenyum. Betapa sekarang konyol kelihatannya, memaparkan tetek-bengek rencana masa depan dengan orang yang salah.

Ingatkah kamu. Dulu saya pernah bilang, kelak jika kita menikah dan saya (dalam kondisi terpaksa) sebagai wanita karier selain menjadi istri dan seorang ibu tentunya, saya ingin berkarier sebagai PNS saja. Ketupusan itu, waktu itu, dirasa saya tepat. Sedangkan, kamu terserah ingin berkarier sebagai apa sesuai kehendakmu saja.

Ya, waktu itu, saya tidak ingin, kelak anak-anak dan suami saya diurus oleh pembantu. Saya hanya ingin, yang pertama menjadi panutan mereka, mengajari tata-krama, melatih keteguhannya dan juga kedisiplinannya. Ingin yang pertama mengenalkan mereka huruf alif, ba ta dan seterusnya. Melatih Mengaji.
Ingin melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa.

Dan kamu, aku tidak ingin kamu makan masakan pembantu. Kamu adalah imamku dan panutanku, hanya aku yang berbakti kepadamu selain anak-anak. Saya rasa PNS yang jam kerjanya tetap dan konsisten, masih relevan untuk saya untuk mengurus kalian.

tapi, saya akan sangat ikhlas jika harus terus ada di rumahmu, rumah yang kita huni. Ibu rumah tangga adalah jenis berkarier yang paling mulia untuk wanita bukan. Dan saya akan bangga, saya janji. Waktu itu. Menjadi ibu rumah tangga harus pintar, katamu demi anak-anak. Iya.

Dan dari dulu, seperti yang pernah saya ungkapkan. Saya takut menjadi orang kaya. Saya hanya ingin menjadi orang yang berkecukupan saja. Hidup sederhana. Tidak berlimpah tapi cukup. Cukup yang melingkupi semua.  

Saya tahu hati saya sepenuhnya. Kadang, saya masih mempunyai sedikit sifat sombong di dalam hati. Dan kesombongan itu akan bertambah seiring dengan keadaan yang berkelebihan termasuk harta. Makanya saya tidak ingin.

Kamu tau, pemikiran seperti itu secara tidak langsung merekat erat di memori saat kecil. Dari latar belakang keluarga dari pihak ayah-ibu yang kebanyakan PNS dan sukses dalam berkeluarga. Ah itu dulu. Dan saya masih ingat, kamu yang menguatkanku ketika saya gagal atas cita-cita itu dua tahun lalu. Entah, kamu mungkin sudah melupakannya.

Saya rasa saya ingat, kamu agaknya sebel di bagian yang ini ; saya, terlalu cerewet dalam bab agama. Kita sama-sama tahu alasannya bukan J. Bagaimana kita sama-sama memperbaiki ini- itu. Menambal ini-itu. Dan tertawa menyadari kita telah berhasil melengkapinya. Ah, tapi itu dulu.

Sekarang kamu telah bahagia dengan kehidupanmu. Dan kabar bahagia itu telah sampai kepada saya. Selamat. Kamu juga mungkin sudah mendengarnya juga, saya gagal untuk lamaran waktu itu dengan seseorang.

Dan ada beberapa yang mendekat. Tapi, entah saya menolak. Iya, saya memang pilih-pilih dalam bab ini. Saya susah jatuh cinta. Andai kamu tahu, sebenarnya ada satu. Aku terlalu pengecut merasa belum pantas untuknya. Aku hanya bisa diam. Dan dia berlalu menemukan yang lebih baik. Jauh lebih baik dari saya. Tapi, saya belum benar-benar terlambat untuk meraihnya. Kamu tahu, saya dalam rangka usaha memantaskan diri kali ini saya bersungguh-sungguh. Doakan saya.

Ih, kenapa saya benar-benar menulis paragraf di atas ini. Jika saya ingat, akan saya hapus bagian ini. Dan tidak ingin menceritakan kepadamu. Kepada siapa saja.

Sudah-sudah. Saya ngelantur siang ini, berharap kamu tidak membaca ini diblog. Ah, busnya sudah Nampak bagian kepalanya. Ceritanya harus saya sudahi.

Suatu ketika mungkin kita bertemu di sebuah persimpangan. Di sebuah bagian lembaran cerita yang bernama anti-kebetulan.

Kemudian dalam beberapa detik, saya akan berhenti. Kamu akan berhenti. Mungkin saya akan membeku. Mungkin kamu akan menjadi patung. Mungkin mata saya, mata kamu, akan berusaha saling menghindari pandangan. Pura-pura tidak melihat. Pura-pura tidak kenal. Bahkan, menghindari kemungkinan berkomunikasi malalui mata saya. Mata kamu.

Kita (saya-dan kamu) akan membongkar kisah lama tanpa saling bertukar kata. Tanpa saling berbicara. Sama-sama tertunduk. Lalu saling menggumam dalam diam.

Lalu suasana beku itu mungkin akan meleleh. Mencair. Memaksa kita. Memaksa saya, memaksa kamu, untuk bergerak. Kembali bertemu yang kali ini semakin dekat di persimpangan. Kembali berpura-pura tidak saling kenal. Tidak saling bersenyum. Tidak saling menganggukkan kepala. Tak pernah saling bicara bahkan bercanda. Tak pernah saling menyimpan cerita.

Lantas, saya, kamu, akan menyimpan sesak itu. Sesak yang sama seperti satu setengah tahun yang lalu. Saat saya, saat kamu berusaha saling melepaskan. Saling menghapus, dan saling membuang dan menghilangkan.

….
Lihat. Busnya sudah benar-benar datang. Dan lihat dua orang dosen yang ingin saya temui sudah memberikan kabar lagi. Dan lihat langkah kaki saya dengan seksama, setelah saya menginjakkan kaki di pintu gerbang dan keluar menjauh meninggalkan gerbang itu. Kamu akan tahu.

Kali ini saya bersungguh-sungguh ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...