aku ingin bercerita entah bertanya. aku berbeda dengan orang lain tidak banyak namun sedikit saja. pernah ku bertanya pada sebagian "kenapa menyukai hujan, apa istimewanya?" di waktu itu pula aku mendapati kekecewaan "aku suka aja". thats it?! ah, kenapa cuma itu, setidaknya berilah aku alasan yang sedikit filosofis. banyak orang yang aku jumpai menyukai hujan. kenapa harus hujan? lagi-lagi aku mendapat jawaban yang klise dari semuanya. sepertinya aku hanya satu-satunya orang yang berpayung itu, tidak sebegitu sukanya dengan hujan. apa itu aneh?
hujan selalu berhasil menciptakan perasaan yang tak dapat ku eja di dalam sini. tepatnya aku tak tahu, hanya di sekitaran diafragma. sesak. oleh karena itu aku lebih menyukai angin. apakah angin dapat membantuku. siapa tahu, angin dapat menembus demensi dan frekuensi yang berbeda. menolongku : mencurahkan asa. ada yang bilang angin mengepakkan sayapnya hingga ke ujung dunia. itu memang tugasnya. dia bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan istimewa. itu yang aku suka, dulu waktu kecil.
aku selalu ingin tahu, kemana saja angin melewatkan soremu? namun, selalu gagal ku eja lewat gelagatnya. mungkinkah dimensi itu adalah laut, ketika dia menyelinap dengan anggun di atas awan columonimbus. atau malah dia berada di bibir pantai dengan bertelanjang kaki, ya aku mengkhayalkannya dia disana. tapi firasatku dia telah sampai di padang savana madagaskar yang kuimpikan selama ini, duduk-duduk di bawah pohon melewatkan satu lagi sore yang harus dia lewati.
aku sedang mengingat-ingat dengan ingatan manusia yang lemah, kini dia telah puluhan tahun menjadi sahabat penaku. masih bertengger di singgasana terbaik dalam kamus persahabatan. belum ada yang berhasil menggesernya barang semili saja. maka dari itu, sore kemarin aku menunggunya untuk merayakan aniversary kita. namun dia bertandang hanya sebentar. dihalau mendung, dihardik hujan. ah, dia meninggalkanku tanpa pesan. mungkin sore itu, dia sedang berlari-lari dalam hujan. sepertinya dia memutuskan untuk pergi duluan beranjak menembus batas dimensi. bercengkrama dengan burung. aku iri. curang. dia curang.
padahal tadi aku ingin melontarkan pertanyaan padanya "angin, apakah kamu benci hujan, seperti aku padanya?"
mungkin saja. mungkin. semua ada kemungkinan. dia menertawakan aku dan mengungkapkan " kenapa begitu, kau mahluk planet hujan bukan, yang turun ke bumi diiringi dengan hujan. jadi belajarlah menyukai hujan. hujan itu anugrah" entah kalimat itu berdengung dari mana. mungkin hanya fatamorgana. intuisi atau khayalan yang merekah.
angin, dulu waktu kecil aku selalu iri dengan kodok, mengapa ketika hujan dia selalu senang tak terkira, selalu dapat mendendangkan lagu hujan dengan mendayu-dayu. sedangkan aku? selalu membencinya. padahal hujan tak pernah salah sedikitpun. ah tapi, angin kau keburu pergi.
tak apa mungkin angin susah menembus dimensi yang dihalangi oleh serpihan-serpihan hujan. terlalu menyakitkan jika mengenai mukanya. jadi aku harus kirim pesan lewat perantara apa? telepati, apa lewat pak post untuk meminta dia datang menemani soreku yang singkat sesuai perawakannya yang sempit terdesak malam?.
atau jangan-jangan hujan yang aku benci ini menghantarkan pesan lewat butiran-butiran air yang menjatuhimu? lewat gesekan nisbi? ah entahlah apa itu sebutannya. apapun medianya tetap ku utarakan pesanku lewat hati.
kalian tahu, dia yang memberitahuku bahwa "sesuatu yang datangnya dari hati, akan sampai pula kehati"
aku senang dia datang lagi di sore berikutnya. menit-menit berlalu dan kami berdua tetap diam, saling menunggu untuk memulai berbicara, meski kata-kata bukanlah satu-satunya cara untuk saling mengerti diantara dua jiwa. bukan kalimat yang keluar dari bibir dan lidah yang menyatukan hati kita. ada sesuatu yang lebih dari itu dari apa yang disampaikan lidah.
keheningan menyinarkan cahaya di jiwa, berbisik di hati, dan yang mempersatukan kita. membawa kita berlayar di cakrawala jiwa dan mendekap kepada sang Pencipta. keheningan membuat kita tersadar bahwa dunia adalah tempat pengasingan yang jauh
Angin, aku ingin bercerita
entah bertanya
Angin, bicaralah
selebih-lebihnya jujur
Sejatinya angin, aku terlalu
sangat ingin
: bercerita tentang pahatan dari serpihan
batu,
bercerita tentang serpihan hidup ini
bercerita tentang selembar lukisan gambaran hidup dan mati
seadanya aku tak mampu
keluarkan suara
yang disebut orang berbicara
namun, dan bahkan aku tahu kau
sungguh perasa
hanya selami sajalah rona
wajahku, angin
dan bacalah apa yang ingin kau
ketahui
tak ada kebohongan di sana,
tirainya telah terbuka,
rahasia tersingkap,
Tersuguh di hadapan.
Mata itu jendela mulutku
Walau bibirku tak sanggup
untuk mengatakannya
Aku sungguh percaya, karna kau
perasa!
Angin, aku ingin bercerita
entah bertanya
Karna kau perasa
Lewat hembusan nafasmu yang lembut
Semilir itu tetap milikmu
....
ku sambung besok angin,
ceritaku entah tanyaku
ketika kau pulang dari
perjalanan jauhmu
bertemu di lain sore,
bermendung atau berawan,
udaranya tetap tenang
dan saat itu kan ku keluarkan
suaraku
meski masih di dalam hati
:ku harap kau tetap lembut namun kuat
seperti ku kenal
getaran yang bangkit
semilir itu, aku suka darimu
Beraattt..
BalasHapus*g suka hjan soale tkt klo rmhe kbnjiran.. :D
beratnya berapa kilo pke katrol aj bawanya
BalasHapusiya, berat, sampe ga ngerti.. :)
BalasHapuspunyaku lebih ringan nih..
http://yows.blogspot.co.uk/2005/05/tetes-demi-tetes-perjalanan.html
ringan kok *sleketep
Hapusyang bikin bingung yg mana ya, ini monolog tentang tokoh yang sedang menyeritakan teman penanya yang di sebut angin. trus yang dimaksud "dia" disini buat kata ganti "angin" begitu. masih bingung ya sudahlah penulis membuat ini buat konsumsi para dewa kok wkwkwkwkwkwkwk
baru nyadar ternyata di balik komen ada promo terselubung. baiklah ntar tak mampir
Hapushehe karena keterbatasan intelegensia, serasa butuh Robert Langdon buat memecahkan kode-kodenya..
Hapusangin atau hujan nya itu metafor buat seseorang bukan?
wah bang kamu merendah ya *ngek
Hapusjujur nih robert langdon sebenernya nggak tau apa2 yg pinter tuh Dan Brownnya :P
bukan, arti itu disimpulkan secara harafiah kok
hihihii galau karena ketidakmampuan berucap. kalau bibir dan tangan gagal menjalin kata, biar mata saja yang menyampaikan asa, gimana? :)
BalasHapuswah ide bagus tuh he...he...he...
HapusAngin pasti akan selalu datang untukmu :)
BalasHapusDan angin pasti tidak akan membenci hujan..karena angin pasti akan selalu menemani hujan.. ^_^
monolog yang manis ;)
aku pikir juga begitu angin bersahabat dengan hujan, hanya saja aku membencinya he...he...he.. *apadeh
Hapusmakasih widie
seriusan ini membenci hujannya??
Hapushujan itu menyenangkan anggi..apalagi melihat tiap tetesannya dikaca ^_^
pinginnya mencintai hujan, sebagaimana kebanyakan temen yang aku kenal atau entah orang yang baru ketemu. nggak tau kenapa kalo hujan suasana hati jadi melankolis ditambah suasana stlh hujan tuh jadi agak kumuh (becek)
Hapuspadahal aku nyadar kalo bau tanah pertama kali kena hujan tuh harumnya khas. tp cuma itu aj yang aku suka kebanyakan yang nggak sukanya. ini msh in proses buat suka hujan
FYI : sekarang lagi hujan he...he...he..
Beraaaat bahasanya.. kenapa harus benci hujan?? aku juga suka angin, mereka kadang datang menyejukan kadang pula menampar tapi dari mereka aku belajar kalau tidak ada yang abadi, seperti halnya kesedihan, mereka tidak abadi, akan ada senyuman setelahnya.. alu suka angin karena kita akan merasakan hembusan angin yang berbeda meski di tempat yang sama.
BalasHapusselain angin aku suka hujan, mereka datang tidak pernah sendiri, mereka mengajarkan tidak usah bersedih karena sejatinya kita tidak pernah benar-benar sendiri..
ini menurutku nih zay, nggak tau kenapa aku merasa angin lbh setia dan lebih mendamaikan (bukan termasuk angin tornado lho ya) khusus angin yang berhembus semilir bs bikin aku lbh tenang....
Hapuskalo hujan nggak tau kenapa juga selalu berhasil membuat mood melankolisnya dominan. mungkin ad sedikit trauma gr2 hujan. dan selalu iri sama mereka yang begitu mencintai hujan he...he...he..
yup bener banget kita nggak pernah sendiri, krn tuhan berada lbh dekat dari darah nadi kita. angin dan hujan adl suatu keseimbangan. asal mula hujan karena terbawa angin bukan?
Hujan sering membawa kerinduan loh, keceriaan buat anak-anak kecil yang suka main air, inspirasi untuk yang suka menulis.. jadi hujan ngga meski melankolis.. hujan itu magic untuk siapa saja yang menantinya, mengharapkannya,
Hapusya tidak ada yang bisa mengalahkan kecintaan angin terhadap hujan mereka beriringan kadang membawa sejuk kadang pula membawa malapetaka..
*lagi ngga nyambung..
hujan punya lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu :p
BalasHapus-rainy girl-
wah-wah jadi ngiri nih g bisa denger lagunya :P
Hapusmau hujan atau angin suka aja deh, kan harus bersyukur hehe :p
BalasHapusyg penting hujannya jangan sampe bikin banjir, anginnya jangan sampe bikin rumah roboh--"
Aku, angin, hujan sangat berarti bagi kehidupan ini,,,
BalasHapuskunjungan gan .,.
BalasHapusbagi" motivasi
Saat kamu menemui batu sandungan janganlah kamu ptus asa,
karena semua itu pasti akan ada solusinya.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,
ada mantan gue yg suka hujan juga
BalasHapusaku temanmu. kita sama. aku benci hujan.
BalasHapusSaya sangat suka blog ini… saya mengunjunginya hanya untuk sekedar memainkan kursor dan melihat efek-efek yang di tampilkan dan tak lupa pula membaca postingan yang ada, hehe…
BalasHapusKarena saya bebal dan bodoh jadinya susah untuk bisa memajukan blog saya sendiri, saya ingin suatu saat blog saya bisa punya banyak follower seperti di blg ini… (wah… kok malah curhat….)