WELCOME.....WELCOME....!!! #injekkeset, sista and brada sekarang anda berada dalam zona aman milik ANGGI, Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri *nah loh. dan JANGAN LUPA BERKUNJUNG KEMBALI..^^v

Sabtu, 25 Agustus 2012

#kecintaan saya terhadap menulis


Entah sejak kapan saya mulai menulis. Maksudnya, bukan ketika saya memulai pendidikan formal, tentu saat itu belajar menulis adalah sebuah keharusan. Lebih tepatnya saya lupa kapan nilai keharusan itu berubah menjadi sebuah  kepedulian. Kepedulian akan kata-kata, kepedulian akan aksara. Kepedulian akan makna.

Seingat saya grafik kepedulian itu meningkat seiring belajar membaca, tentu membaca dan menulis adalah paket eksklusif komplementer juga bersifat subtitutif. Keduanya adalah belahan jiwa, salah satunya bahkan dua-duanya bakal merana jika tidak saling berdekatan.

Ketertarikan saya bermula ketika saya mulai menyayangi membaca, anehnya bukan buku pelajaran yang saya sayangi, justru karena buku fantasi dan misteri. Ya hormat saya sebesar besarnya buat J. K Rowling, Sir Conan Arthur doil, Aghata Cristie. Untuk pertama kalinya lewat alunan tangan emas mereka saya dibuat jatuh cinta, seketika!.  Saat pertama kali menginjakkan mata untuk menelusuri berjuta-juta huruf, jiwa ini bergelora. Ya bergelora saat memahami bahasa mereka yang begitu mendidih, tulisan mereka punya jiwa.

Mereka mengajarkan saya untuk belajar menulis.  Belajar menyematkan jiwa saya pada setiap pergerakan perpindahan dari kata-perkata. Juga belajar menautkan hati saya dalam setiap ejaan. Dari mulai belajar menulis kalimat sederhana seperti “ ini ibu Budi” hingga mampu merangkaikan sebuah paragraf puitis yang menggelora di magma bahasa.

Menulis bagi saya adalah sebuah ketenangan. Betapa tidak saat berbicara hanya saling melukai, menulis lebih menentramkan, saat berbicara hanya sebuah bualan, menulis adalah sebuah kejujuran yang menenangkan. Bagi mereka yang haus membaca, menulis adalah oase di hati yang gersang. Ya menulis adalah sebuah ketenangan, yang alunannya seperti aliran air jernih pegunungan. Tenang tapi juga tajam.

Sering kali dengan menulis, saya berdialog. Berdialog dengan diri sendiri. Menulis membuka cakrawala saya untuk bagaimana menyikapi sebuah situasi. Membuka sudut pandang lain bagaimana jika tokoh berbeda yang memerankan sebuah situasi  tersebut.

Bagi kaum introvert (saya termasuk di dalamnya) menulis adalah cara dominan untuk mengekspresikan tentang rasa dan asa. Lagi –lagi kami menjumpai ketenangan lewat jalan ini, lewat setiap bahasa yang memiliki tanda kurung dan garis miring di dalamnya. Ya kami lebih ekpresif dalam menulis, menggebu-gebu, di setiap tarikan nafas ketika menyusuri prosa. Kadang tercekat ketika menuruni tanda seru dan berdecak saat berlari mengejar tanda titik. Tidak jarang menitikkan air mata bila menjumpai kalimat sarkastik yang melukai esensi dari tulisan itu sendiri.

Kemudian, Saya mulai mencintai menulis kembali ketika menjumpai penyair berdiri penuh percaya diri di atas sajak-sajaknya. Dia adalah Sapardi Djoko Damono dan Khairil Anwar. Dengan merdunya mereka berdua mendendangkan rima puisi. Bagi saya, mereka berdua adalah penyanyi, bukan penyanyi dalam artian harafiah. Suara mereka merdu lewat irama katanya, nadanya pas tidak fals dengan warna suara yang cenderung sopran setiap memuntahkan tulisan di secarik bidang.  Seringkali mergidik setiap mengeja kedalaman liriknya.

Selanjutnya saya mencintai menulis lagi ketika menjumpai penulis di pojok tikungan yang ruangannya berhamburan penuh kata-kata, bermilyar kalimat dan bertumpuk-tumpuk buku. Ya saya mencintai menulis ketika berpijak di lantai putih bernama toko buku.

Suatu waktu saya berkenalan dengan Dewi Lestari dan juga Andrea Hirata secara tidak sengaja. Supernova mengenalkan saya pada seorang mojang bandung yang lugas, cerdas. Serta Laskar Pelangi menghantarkan saya pada sesosok orang dengan sorot tajam kenangan masa kecilnya yang hangat. Tulisan mereka menggairahkan, saya seringkali terangsang dan orgasme berkali-kali setiap bersenggama dengan buku-buku mereka. Boleh dikatakan puncak kepuasan bagi seorang gadis seperti saya adalah menulis dan juga membaca. Membuat saya lebih hidup.

Lagi-lagi mereka semua yang saya sebutkan sebelumnya masih bernyanyi di dalam otak saya,menemani saya menulis dan juga berperan menjadi soundtrack atau becksound mood maker menulis saya.

Jadi apakah kalian juga merasakan hal yang sama ketika kalian menulis?



5 komentar:

  1. Waduh horor bersenggama dengan buku...
    Nek aku menulis piye ya... nulisnya cuma di blog sih.
    Tapi meski begitu, kalau pas lagi jarang baca, aku susah nulis wkwkwk. Harus baca baca dulu biar ada ide.
    Memang membaca dan menulis itu dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
    Makanya aku agak sensi ama orang yang bilang kalau ia suka nulis tapi nggak suka baca... padahal ngapain ya sensi, orang hak asasi dia hahaha!

    BalasHapus
  2. it cuma majas aja kok una, nyeremin ya he...he... aqpun tk bisa membayangkan *halah

    aq juga sependapat tuh, bo'ong kalo suka nulis tp g suka baca. kita bisa menulis bukannya diawali suka membaca dulu. sering kok aq habis baca sesuatu tb2 mood nulis keluar aja, sering dapat ide nulis malah dr baca gitu

    BalasHapus
  3. sependapat aku dengan kakak menulis adalah salah satu senjata introvert sebab aku juga terjerumus didalamnya bisa menulis keseharian tanpa tahu siapa aku :)

    BalasHapus
  4. "...Kadang tercekat ketika menuruni tanda seru dan berdecak saat berlari mengejar tanda titik..."

    aku malah terjebak diantara tanda kurung nggi.. haghaghag

    BalasHapus

monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...