Usiaku entah berapa tahun ketika cinta membuka mataku, tentunya dengan cahayanya yang mempesona. Untuk pertama kalinya cinta mengguncang jiwaku dengan sentuhan jari-jari yang membara. Sulasmi adalah wanita pertama yang membangkitkan jiwaku dengan kecantikannya. Lalu, membimbingku menuju sebuah hunian yang hangat, tempat hari-hariku berlalu bagaikan berjalan telanjang kaki di alam mimpi, menjadikan malam-malamku semacam pesta yang penuh kebahagiaan. belakangan aku jadi tahu : siang terang bukan karena matahari tapi, karena aliran sungai~kesejukan membuncah dalam asaku. Dan belakangan jadi tahu : malam terang bukan karena rembulan, tapi karena laut bergemuruh ~ penuh tekad dalam lenaku.
Melalui kecantikan hatinya, Sulasmi mengajariku cara memuja keindahan. Dengan kasih sayangnya, dia perlihatkan padaku rahasia-rahasia cinta. Dialah yang pertama kali menyenandungkan syair kehidupan yang abadi, di telingaku lalu menjalar menggali lini-lini dasar kawah hatiku.
Setiap muda mudi pasti akan selalu mengenang cinta pertamanya. Cinta pertama akan membangunkan kesadaran muda-mudi tiba tiba ~ serta merta. Membangkitkan kebahagiaan dalam jiwa meski yang terlahir adalah kesedihan. Menerbangkan lamunan ngelantur, dan sangat perih jika semua itu disembunyikan. Ya, cinta pertama adalah saat-saat dimana air mata kerinduan tumpah menyamudra.
Aku terlena, hanyut bersama desau angin di antara pesona alam yang menerjal, mencuram, mencadas saat mendengar cinta yang sedang berbisik melalui bibir Sulasmi. Bisikan itu membuat kehidupanku hampa, beku dan berhenti berdetak. Aku bagaikan Adam di singgasana Firdaus, saat melihat Sulasmi berdiri tegak di hadapanku bagaikan pilar-pilar cahaya. Saat itu, hatiku diliputi oleh keajaiban-keajaiban yang membuatku dapat mengeja dengan lenggang bebas untuk memahami kehidupan ini. Sulasmi membuatku tertegun bagai cermin di hadapan sang bayangan.
Sebagaimana bisikan Hawa, Adam dikeluarkan dari surga, tetapi Sulasmi justru menuntunku masuk ke dalam surga cinta denga kebaikan, keanggunan dan cinta kasihnya. Adalah kesetiaannya menimang- nimang kenakalanku. Adakah yang lebih dalam dari dekap rindu Sulasmi padaku? seluruh sunyi telah kita dekap berdua dalam degup rindu, sore itu. Tentu selalu ada gema, seakan kumandang pagi yang menjerit dari perah hatinya. kudekap ia dalam dinding-dinding senja, berharap airmatanya tak tumpah pada sore yang menua. Kubaca jengkal tangannya dalam perih doaku, hingga aku paham satu makna : Aku mencintaimu Sulasmi. Aku mencintaimu ibu, dari sejak semua bermula. Sejak aku ada...
Melalui kecantikan hatinya, Sulasmi mengajariku cara memuja keindahan. Dengan kasih sayangnya, dia perlihatkan padaku rahasia-rahasia cinta. Dialah yang pertama kali menyenandungkan syair kehidupan yang abadi, di telingaku lalu menjalar menggali lini-lini dasar kawah hatiku.
Setiap muda mudi pasti akan selalu mengenang cinta pertamanya. Cinta pertama akan membangunkan kesadaran muda-mudi tiba tiba ~ serta merta. Membangkitkan kebahagiaan dalam jiwa meski yang terlahir adalah kesedihan. Menerbangkan lamunan ngelantur, dan sangat perih jika semua itu disembunyikan. Ya, cinta pertama adalah saat-saat dimana air mata kerinduan tumpah menyamudra.
Aku terlena, hanyut bersama desau angin di antara pesona alam yang menerjal, mencuram, mencadas saat mendengar cinta yang sedang berbisik melalui bibir Sulasmi. Bisikan itu membuat kehidupanku hampa, beku dan berhenti berdetak. Aku bagaikan Adam di singgasana Firdaus, saat melihat Sulasmi berdiri tegak di hadapanku bagaikan pilar-pilar cahaya. Saat itu, hatiku diliputi oleh keajaiban-keajaiban yang membuatku dapat mengeja dengan lenggang bebas untuk memahami kehidupan ini. Sulasmi membuatku tertegun bagai cermin di hadapan sang bayangan.
Sebagaimana bisikan Hawa, Adam dikeluarkan dari surga, tetapi Sulasmi justru menuntunku masuk ke dalam surga cinta denga kebaikan, keanggunan dan cinta kasihnya. Adalah kesetiaannya menimang- nimang kenakalanku. Adakah yang lebih dalam dari dekap rindu Sulasmi padaku? seluruh sunyi telah kita dekap berdua dalam degup rindu, sore itu. Tentu selalu ada gema, seakan kumandang pagi yang menjerit dari perah hatinya. kudekap ia dalam dinding-dinding senja, berharap airmatanya tak tumpah pada sore yang menua. Kubaca jengkal tangannya dalam perih doaku, hingga aku paham satu makna : Aku mencintaimu Sulasmi. Aku mencintaimu ibu, dari sejak semua bermula. Sejak aku ada...
I believe in..
Love at first sight
Because..
I’ve been loving My mother
Since I opened my eyes