WELCOME.....WELCOME....!!! #injekkeset, sista and brada sekarang anda berada dalam zona aman milik ANGGI, Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri *nah loh. dan JANGAN LUPA BERKUNJUNG KEMBALI..^^v

Jumat, 20 Juni 2014

(semacam) review Le Petit Prince— The Little Prince

“ I’am an alien, I’am a legal alien….”
Memang,  sepotong bait lagunya Sting mewakili perasaan saya!. Minggu kemarin saya menamai diri saya sendiri alien yang terdampar di sebuah tempat seperti surga dunia. Dikatakan senang? Memang iya. Mereka yang mengerti imajinasi saya paham betul,

Kamu tahu, saya menemukan jodoh saya di hari jum’at minggu lalu. ketika mengantar saudara yang tengah menempuh S3-nya mencari buku untuk tugasnya. Berangkatlah kita ke suatu tempat di mana lautan buku-buku bekas menyamudra. Di salah satu sudut kota jogja.

Jodoh saya, saya temukan di antara tumpukan-tumpukan mereka. Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Entah mimpi apa, tapi hari itu layak disebut hari keberuntungan. Kalian bisa membeli berpuluh-puluh buku bagus suatu waktu. Tapi, hanya menemukan satu yang sangat berjodoh dengan kita, itu jarang. How lucky I’am.

Le Petit Prince. The Little Prince. Novel lawas, oleh penulis perancis 1943. Buku super-sederhana yang berdampak luar biasa

Mungkin, faktor perancis membuat hati saya berdetak lebih kencang. Menarik. Betapa hati saya seperti ada magnet sebesar kutub selatan jika mengeja kata P E R A N C I S. tapi, rupanya bukan itu saja.

begitu memasuki halaman judul, saya langsung jatuh cinta, seketika. kalimat pembuka yang dituliskan Exupery membuat menggelitik  
 '' I will dedicate the book to the child from whom this grown-up grew"

Seperti dugaan, ini adalah fabel, yang lebih ditujukan sebagai bacaan anak-anak. Tapi, sebenarnya lagi, buku ini untuk kaum dewasa. Ah, intinya mampu melintasi batas usia. Tapi, memang untuk dewasa sih...

Exupery mendorong kita yang biasa disebut ‘kaum dewasa’ untuk mengubah cara pandang orang dewasa terhadap banyak hal.
Dalam buku ini, saya mendapatkan bermacam-macam quote menohok. Quote yang membuat saya terdiam sesaat, memaksanya untuk masuk ke dalam otak saya, lalu dicerna dalam bentuk debaran kencang. 
 I showed my masterpiece to the grown−ups, and asked them whether the drawing frightened them. But they answered: “Frighten? Why should any one be frightened by a hat?”

Menjadi dewasa adalah mutlak. Manusia tak bisa kembali ke masa kanak-kanaknya. Mereka–kaum dewasa–kerapkali mengeluhkan hal-hal yang dianggap penting: politik, kalkulasi bisnis, perhitungan untung-rugi, jumlah penduduk kota yang kian bertambah, jumlah angkutan umum yang tak sesuai harapan, dan banyak hal “penting” lainnya. 

Sesekali kita perlu memelihara sifat kekanakan kita dan berpikir seperti saat kita masih anak-anak, apa adanya. Seperti “kenapa hujan bentuknya butiran air”, “kenapa ada kucing yang bersuara manis, ada juga yang parau”, atau “kenapa gula rasanya manis, kenapa nggak masam? Kenapa nggak pahit?”. 

Ceritanya dimulai ketika narator masih kecil. Dia suka menggambar ular boa yang memakan seekor gajah, baik dari dalam maupun dari luar. Tapi, ketika dia menunjukkan gambar itu ke orang dewasa, mereka menyuruhnya untuk berhenti menggambar dan mulai belajar hal-hal lain, seperti geometriaritmetikageografi dll. Akhirnya sang narator kecil berhenti menggambar dan tumbuh besar menjadi seorang pilot.


"gambarku bukan gambar topi, itu gambar pembelit boa yang menelan gajah"

"maka akupun sendiri, tanpa orang-orang yang dapat kuajak bicara..."
Bab berikutnya, pilot tsb mengalami kecelakaan pesawat mendapati dirinya berada di Gurun Sahara dan sudah berhari-hari mencoba memperbaiki sendiri pesawatnya yang rusak, karena tidak ada seorang awak pun di dalam pesawat tersebut. Pada suatu fajar ia terbangun, dirinya mendapati sesosok kecil pangeran yang ternyata berasal dari planet lain.
Pangeran Kecil kemudian memintanya untuk menggambar sebuah biri-biri. Bagi Sang Pilot, ‘menggambar’ adalah bakat yang sudah lama dikuburnya dalam-dalam, karena dia pernah dikecewakan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya semasa kecil dia menunjukkan gambar pertamanya.












sang pilot yang menolak beberapa kali, akhirnya menggambar seekor biri-biri, tapi, anak kecil itu menolaknya. berualng-ulang karena biri-birinya kurang cocok. pilot tidak kehabisan akal. ia lali menggambar sebuah kotak seperti gambarnya waktu kecil dulu, dan berkata " ini kotaknya. biri-biri yang kau inginkan ada di dalamnya.". tak disangka, anak kecil itu menyukainya. 
pangeran kecil adalah satu-satunya orang yang mengerti gambar yang dibuatnya waktu kecil. hehehehe.... kalo dicermati ini semacam tes psikologi
Sang pangeran lalu bercerita tentang planet tempat ia tinggal, sebuah Asteroid kecil seukuran rumah dan mempunyai tiga gunung berapi (yang satu mati dan yang lainnya aktif), setangkai mawar dan lain-lainnya bernama B-612. 
Sang pangeran menghabiskan hari-harinya di "planet" itu dengan mencabuti baobab-baobab yang tumbuh agar tidak mengganggu planetnya , membersihkan semua gunung berapi—termasuk yang sudah tidak aktif, dan merawat mawarnya. Dia belajar kesabaran untuk membuat "planet"-nya tetap ada. Dia akhirnya jatuh cinta kepada mawar yang berada di planetnya yang sepertinya tidak mencintainya kembali karena sifatnya yang sombong. Sang pangeran akhirnya memutuskan untuk berkelana melihat alam semesta dan mengunjungi 6 asteroid, dari nomor 325 sampai 330.

~Pada asteroid pertama,
sang Pangeran bertemu dengan seorang Raja yang mberkata bahwa ia "menguasai" semua bintang dan bisa menyuruhnya melakukan apa saja. Dia menjelaskan kepada pangeran kecil bahwa rakyat hanya mematuhi perintah yang masuk akal dari pemerintah atau penguasa mereka. Pertama-tama, dia memaksa sang pangeran untuk tinggal sebagai Menteri Kehakimannya, tapi akhirnya dia mengijinkannya pergi sebagai Dutanya.
“…Kita harus menuntut dari seseorang apa yang bisa diberikan oleh orang itu,” sang raja melanjutkan. “Kekuasaan, yang utama, bersandar pada sesuatu yang masuk akal. Jika kau memerintahkan rakyatmu pergi melempar diri ke laut, akan terjadi revolusi. Aku punya hak menuntut kepatuhan karena perintah-perintahku masuk akal.” 
asteroid kedua,
pangeran bertemu dengan seorang yang sombong. Dia hanya mau mendengar pujian dan berpikir bahwa dia adalah orang yang terhebat di planetnya

asteroid ketiga,
pangeran bertemu dengan seorang pemabuk yang minum-minum untuk melupakan fakta bahwa dia malu mabuk-mabukan.

Pada asteroid keempat,
Pangeran bertemu dengan seorang pengusaha yang sibuk menghitung bintang-bintang yang ia pikir dipunyainya (ada 501.622.731). Dia mengharapkan untuk mendapat untung dari mereka untuk mendapat lebih banyak uang untuk membeli lebih banyak bintang. 
pangeran lalu memberi definisi tentang properti. Sang pangeran mempunyai bunga dan gunung-gunung berapi di planetnya karena ia merawat mereka dan mereka merawatnya, dan karena seseorang tidak bisa merawat bintang dan mereka tidak bisa merawat kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa memilikinya. 
 “tetapi, mawarku, walaupun cuma setangkai, jauh lebih berarti daripada kalian semua karena dialah yang kusirami...karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh, atau menyombongkan diri atau ketika dia cuma membisu. karena dia mawarku"


 “Manusia kadang sering lupa, bahwa mereka bertanggung jawab
selamanya atas apa yang telah mereka jinakkan”
asteroid kelima,
Pangeran bertemu dengan seseorang penyala lampu yang harus menyalakan lampu setiap sore menjelang malam dan mematikannya tiap pagi. Dulu, ketika planetnya masih berotasi dengan normal, dia bisa tidur dan beristirahat dengan cukup. Tapi, sekarang planetnya berotasi setiap satu menit dan dia tidak bisa mendapat tidur.
Tapi, sang penyala lampu tetap patuh kepada perintahnya dan tetap menyalakan dan mematikan lampu, walaupun ia tidak pernah tidur. Sang Pangeran menghormatinya lebih daripada orang-orang lain yang ia temui karena ia memikirkan sesuatu yang lain dari dirinya sendiri. Tapi, karena planetnya terlalu kecil untuk dua orang, sang Pangeran pun pergi.
Pada asteroid keenam,
Pangeran bertemu dengan seorang pembuat peta (geographer) yang tidak pernah pergi dari mejanya dan bergantung kepada pengelana-pengelana untuk membuat petanya. Dia lalu meminta sang pangeran kecil untuk bercerita tentang planetnya, tapi dia menolak untuk memasukkan mawarnya ke dalam petanya karena ia bersifat 'semu' (ephemeral). Sang pangeran sangat terkejut untuk mengetahui bahwa bunganya suatu saat akan hilang. Sang pembuat peta akhirnya mengusulkan kepadanya untuk pergi ke Bumi
Dan cerita fabel bijak yang menarik ini pun berlanjut. Tidak membosankan, ringan, dan seperti saya bilang sebelumnya petuah dalam quote-quote yang bertebaran membuat saya terkesiap beberapa detik. dan hati berdecak kagum dengan imajinasi seorang Exupery.

Saran saya nikmati bacaan sesederhana aliran dalam alurnya. Jangan banyak berpikir, itu akan membuatmu bingung. Awalnya, setelah membawa beberapa bab, saya pikir ini semacam teka-teki. Apa selanjutnya yang akan terjadi?, apa maksud semua ini?.
Oh, hey memang saya banyak tersindir membacanya. Kalian harus membaca dari sudut pandang anak-anak. Membaca dengan sudut pandang orang dewasa menjadikannya rumit, gaes. Padahal, beberapa kali Exupery menyindir di awal-awal kisah dan saya ndableg.
“Orang-orang dewasa tak pernah memahami sesuatu seperti apa adanya,
 dan sungguh melelahkan bagi anak-anakkalau selalu harus 
memberi penjelasan kepada mereka.” 
Dasar memang saya keras kepala. Hahaha. Padahal untuk menangkap makna-maknanya hanya diperlukan kesederhanaan berpikir. Iya, saya butuh membaca ulang sesuai perintahnya si Exupery, hasilnya sungguh ajaib. Saya berjodoh dengan buku ini.
“Kau hanya bisa melihat jelas dengan hatimu. 
Hal yang penting tak terlihat oleh mata.” 

Kalo boleh jujur. Buku ini wort it bingit. Must to read. Bintang lima deh, dari lima opsi bintang yang tersedia. Sesekali membaca buku semacam ini seperti oase di tengah gurun. Apalagi disisipi dengan ilustrasi-ilustrasi anak kecil. kejutannya adalah ilustrasi dibuat oleh si Exupery sendiri.  Membacanya serasa lebih muda tujuh belas tahun dan lebih tua sepuluh tahun dalam waktu bersamaan. Saya rasa kita selamanya akan menjadi  perpaduan antara terlalu muda untuk beberapa hal, dan terlalu tua untuk hal-hal yang lain ketika membaca fabel ini.

Pantas saja buku ini termasuk buku legenda bukan hanya versi saya tentunya, selain karena tahun terbitnya tahun 1943 yang notabene waktu masih Perang Duna II sudah ada karya sastra semenarik ini. buku ini lebih dari itu. entah sudah berapa kali Exupery membuat saya terus memuji-mujinya. jika, dia bisa mendengar dia bisa mati tersanjung pokoknya. eh, bangkit dari kubur maksudnya.


"Waktu itu, dia hanya seekor rubah, seperti 100.000 rubah lainnya. Tetapi, aku membuatnya menjadi temanku, dan sekarang dia unik di dunia ini"
  
dia dengan sangat halus menyusupkan pelajaran tentang mencintai, konsep berteman, dan pentingnya mendengarkan kata hati. jelas konsep karya sastra adalah bagaimana efek yang timbul dari cara kita merasakan. pesan tidak ditulis secara lugas namun kita hanya perlu merasakannya saja bukan. mungkin kita bisa menangkap hal-hal yang berbeda satu sama lain. namun, tetap rasa yang ditimbulkan tetap sama.

boleh jadi, the little Prince ini semacam otobiografinya Exupery. Dia memang seorang pilot selain juga seorang penulis, dan pernah mengalami kecelakaan udara (kegagalan penerbangan) dan jatuh di gurun Libia selama 3 hari dan hampir mati karena dehidrasi. Mungkin, secara kebetulan ini yang menjadi inspirasi menulis The Little Prince  akibat berhalusinasi selama 3 hari. Mungkin juga bukan....

 Ah,  Jadi kepingin punya karyanya si Antoine de Saint-Exupery lagi.


                “Jika suatu misteri terlalu menakjubkan, kau tak berani mempertanyakannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo dipun komen ceman-ceman..... komen kalian akan selalu terngiang-ngiang di blog ini *ya iyalah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...